Perlambatan ekonomi yang terjadi di negeri ini, tak membuat konsumen berhenti berwisata. Setidaknya, hal tersebut diyakini oleh situs perjalanan online Ezytravel.co.id yang masih dalam naungan Dwidaya Grup. Pada tahun ini, Ezytravel mengaku mengalami lonjakan transaksi hingga 200%-300% setiap bulannya.
Doddy Lukito, Chief Technology Officer Ezytravel mengatakan, pelemahan ekonomi yang terjadi saat ini memang memengaruhi kinerja ritel offline. Namun, di ritel online, khususnya agen perjalanan wisata, masih bisa tumbuh. Bahkan, pertumbuhan penjualan jauh lebih besar dari tahun lalu.
“Kalau di saat ekonomi turun saja, Ezytravel masih bisa tumbuh hingga lima kali lipat. Apalagi, kalau ekonomi membaik, industri online travel agent (OTA) akan semakin tumbuh ke depannya,” ujarnya kepada Marketeers di kantor MarkPlus, Inc., Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tahun ini saja, OTA yang beroperasi sejak tahun 2011 lalu itu menargetkan kenaikan pendapatan hingga 4-5 kali kali lipat. Pada tahun depan, manajemen Ezytravel mematok kenaikan pendapatan yang cukup fantastis, alias naik lima belas kali lipat dari tahun 2014.
Optimisme tersebut menurut Doddy cukup realistis. Pasalnya, pada semester pertama tahun ini, Ezytravel telah berhasil melebihi target yang ditetapkan. Lagipula, Doddy bilang, saat ekonomi lesu, pelanggan bukan membatalkan rencanan wisata, melainkan hanya menahannya beberapa saat. “Bahkan banyak dari mereka lebih menunda investasi, dan mengalihkannya untuk berwisata,” ucapnya.
Ia juga menambahkan, bisnis online memberikan ruang gerak yang tidak terbatas asalkan menemukan sudut bisnis yang tepat. “Kapasitas produksi online itu tidak terbatas. Beda dengan offline yang terbatas pada aset dan modal. Tahun ini, kami menemukan sudut bisnis yang tepat. Setiap bulan saja, penjualan selalu mencetak rekor baru,” paparnya penuh yakin.
Pria ini menuturkan, peluang bisnis OTA masih terbuka lebar. Alasannya, dari total perjalanan wisata yang dilakukan konsumen Indonesia setiap tahun, hanya 15% yang membeli tiket pesawat dan reservasi hotel secara online. Sisanya, masih melakukan cara tradisional alias mendatangi tiap-tiap outlet agen wisata. “Setiap hari, ada 600.000 perjalanan wisata terjadi di Indonesia. Kalau, hanya 15% saja yang pesan online, artinya pasarnya masih besar banget ?,” kelakarnya.
Di lihat dari sisi transaksi, 50% pendapatan Ezytravel disumbang dari penjualan tiket pesawat, baik ke rute domestik (70%) maupun internasional (30%). Pola perjalanan pelanggan pun cenderung sama, yaitu dimulai dari domestik, seperti Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Lalu, merambah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Setelah itu, barulah ke Hong Kong, Jepang, dan Korea Selatan. “Kami belum melihat angka yang signifikan untuk perjalanan ke Eropa dan Amerika,” tandasnya.
Di sisi lain, layanan tiket hotel di Ezytravel menyumbang 25%, sedangkan paket tur, paket wisata, dan kapal pesiar berkontribusi 25%. “Meski paket tur paling kecil, namun marginnya paling besar. Sehingga, kontribusinya cukup signifikan,” ungkapnya.
Tahun ini, Ezytravel tengah menyiapkan layanan baru, yaitu penjualan produk asuransi secara online. Produk asuransi tersebut, pada dasarnya sudah dijual oleh kakak kandungnya Dwidaya Tour lewat outlet offline-nya. “Kami ingin menjadi online market place bagi kebutuhan perjalanan wisata pelanggan,” papar pria yang juga menjadi co-Founder & CTO dari startup Bistip.com ini.
Jika tidak ada aral melintang, produk tersebut akan dijual Ezytravel pada September 2015 dengan meluncurkan sedikitnya tiga hingga lima asuransi travel. Selain itu, Ezytravel juga menawarkan layanan travel document, yaitu layanan yang membantu pelanggan mengurusi paspor, visa, dan kebutuhan selama perjalanan wisata. “Mungkin, untuk travel document, peluncurannya agak mundur. Paling, awal tahun depan,” paparnya.