Fujifilm: Cetak Foto Tak Akan Ditinggalkan

marketeers article

Awal tahun 2000-an adalah puncak keemasan untuk cetak foto. Namun, seiiring penetrasi kamera digital, penggunaan foto film semakin menurun. Mencetak foto semakin ditinggalkan pasar setelah smartphone dengan kamera canggih membanjiri pasar karena orang lebih memilih melihat foto dalam tampilan digital.

Nah, pertanyaannya apakah foto akan ditinggalkan? Menurut Fujifilm yang menjadi jawara di bisnis ini, foto film tidak akan dibuang begitu saja. Ada kebutuhan dari masyarakat untuk mencetak foto momen yang mereka punya. Di sisi lain, foto cetak juga menjadi salah satu cara untuk menyelamatkan gambar.

“Penyimpanan dalam smartphone, flash disk, di laptop, dan lainnya punya potensi hilang bila terkena virus. Sehingga, mencetak foto bisa menjadi cara menyimpan momen yang terbaik dan tidak akan ditinggalkan orang,” kata Noriyuki Kawakubo, President Director PT Fujifilm Indonesia, di Jakarta (10/04/2018).

Ia menambahkan saat ini photo image masih memberikan kontribusi cukup bagus untuk Fujifilm. Di masa puncaknya, sekitar 20 tahun lalu foto film bisa menyumbang hingga 19% dari total pendapatan perusahaan ini. Walaupun saat ini tidak sebesar dulu, bisnis imaging masih menjadi salah satu pilar bisnis Fujifilm selain healthcare, information, dan document.

Bahkan, Fujifilm memiliki target besar untuk bisnis image ini. Tahun 2016, kontribusi pendapatan global dari imaging solution ke Fujifilm hingga Rp 41,2 triliun. Terhitung dari tahun 2016 itu, Fujifilm menargetkan pendapatan imaging solution tumbuh 111,2% di tahun 2019. Menyumbang Rp 45,8 triliun ke pendapatan total Fujifilm yang targetnya di tahun 2019 mencapai Rp 313,3 triliun.

Lalu, bagaimana cara Fujifilm meraih target itu? Di Indonesia, melakukan revitalisasi dari konsep toko foto. Perusahaan ini membuat flagship store di mal Kota Kasablanka, yakni Wonder Photo Shop. Tak hanya itu, konsep toko yang lebih kecil pun mereka garap.

Josef Kuntjoro, General Manager Photo Imaging Division PT Fujifilm Indonesia menambahkan bahwa pendapat yang bilang bisnis toko foto akan ditinggalka tidak sepenuhnya benar. Masih banyak masyarakat Indonesia yang ingin terjun ke bisnis ini atau melakukan ekspansi baik di Indonesia maupun di luar negeri.

“Melalu acara ini, Fujifilm ingin menyampaikan bahwa kami siap senantiasa mendukung para pebisnis toko foto tersebut dengan menghadirkan berbagai produk unggulan kami yang dilengkapi dengan teknologi masa kini serta memberikan berbagai insight supaya bisnis mereka selalu beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ungkap Josef.

Untuk mengenal konsep baru tersebut, perusahaan ini menggelar Fujifilm Fair 2018.  Ada dua objektif dari penyelenggaraan pameran ini. Pertama, Fujifilm menyampaikan adanya konsep toko FDI (Fuji Digital Imaging) yang baru dengan nuansa yang modern dan kekinian supaya lebih menarik minat kaum millenial.

Fujifilm secara khusus melakukan make over atau perubahan dalam desain toko foto, khususnya pelayanan cetak foto di toko tersebut. Toko berkonsep baru ini akan segera ada di 7 kota yaitu Lampung, Jakarta, Solo, Madiun, Bojonegoro, Banjarmasin dan Kendari.

Kedua, Fujifilm juga menampilkan produk pencetak foto ramah lingkungan terbaru, Frontier DE-100, yang didesain khusus oleh Fujifilm. Frontier DE-100 dilengkapi dengan 4 tinta dan dot yang lebih padat sehingga resolusinya lebih tajam dan bisa lebih hemat tinta dari pesaingnya yang menggunakan 6 tinta. Frontier DE-100 memiliki daya tahan yang mumpuni dan dilengkapi dengan head setara mesin cetak industri sehingga memiliki daya tahan dua kali lipat dibanding mesin setara.

“Sampai saat ini, Photo Imaging masih merupakan salah satu lini bisnis yang memegang peranan penting di Fujifilm. Kami senantiasa melakukan riset dan pengembangan terhadap produk kami serta selalu beradaptasi dengan tren dan perkembangan teknologi yang ada supaya bisa selalu memberikan nilai tambah kepada partner kami dan masyakarat Indonesia,” pungkas Noriyuki.

Related