Fujifilm Ingin Kembalikan Esensi Fotografi

marketeers article

Setelah memadukan sistem teknologi instax dengan teknologi digital pada SQ10, kini Fujifilm justru kembali pada teknologi analog. Noriyuki Kawakubo, Presiden Direktur Fujifilm Indonesia mengatakan Fujifilm ingin mengembalikan esensi fotografi dengan menangkap setiap peristiwa penting dalam keseharian, dan mengabadikannya menjadi memorabilia yang berkesan.

“Foto adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari. Fujifilm instax hadir untuk menghidupkan memori-memori yang kita tangkap melalui kamera. Foto instax terasa lebih personal karena kita langsung mendapatkan cetakan foto saat itu juga. Hasil cetakan inilah yang kemudian kita simpan di dompet atau dipajang sebagai nostalgia,” kata Noriyuki di Jakarta, Kamis (31/05/2018).

Mengusung slogan “Stories Stay Real”, General Manager Consumer Printing Division Fujifilm Indonesia Johannes J. Rampi mengatakan pengguna instax dapat menangkap spontanitas, ekspresi seru, dan keceriaan dalam bentuk foto fisik, tanpa perlu editan digital. Fujifilm pun dikatakan Johannes ingin memberikan pengalaman kepada para generasi yang tak sempat menikmati esensi foto cetak.

“Karena tidak semua generasi pernah merasakan pengalaman bermain foto cetak. Kami ingin menghidupkan kembali budaya itu melalui cara yang modern. Dengan mem-branding secara kekinian, kami ingin mengkomunikasikan kamera instax SQ6 dapat menjadi pilihan kamera yang tepat untuk pengguna yang berjiwa muda. Momen-momen kecil yang berharga seperti ulang tahun pasangan, momen berkumpul dengan keluarga, hingga keseruan bersama teman-teman dapat diabadikan dengan mudah,” kata Johannes.

Membidik target market kalangan muda di rentan usia 15-25 tahun, Fujifilm pun menggandeng Eva Celia dan Gamaliel Tapiheru untuk memasarkan produk ini.

Editor: Sigit Kurniawan

Related