Strategi Fujifilm Jual Laris 10 Juta Instax

marketeers article

Lini bisnis kamera instan Fujifilm, Instax kian memperkuat ekspansi bisnis fotografi mereka. Di tengah perkembangan teknologi digital, Fujifilm tetap mempertahankan merek kamera instan ini.

Dengan memposisikan diri sebagai merek yang customer-centric, Fujifilm mencoba mendengar keinginan konsumen dan menjawabnya melalui inovasi. Alhasil, Fujifilm berhasil menjual sepuluh juta Instax di seluruh dunia tahun lalu.

Upaya Fujifilm mempertahankan eksistensi Instax bukan tanpa konsistensi. Beberapa tahun terakhir, Instax agresif meluncurkan sejumlah inovasi.

Dimulai dari InstaxShare yang memungkinkan pengguna untuk mencetak foto dalam bentuk polaroid tanpa perlu diambil melalui kamera instan, kolaborasi mereka dengan penyanyi papan atas Taylor Swift, meluncurkan kamera instan berbentuk square sesuai dengan ukuran foto Instagram hingga memboyong deretan kamera berteknologi hybrid yang memadukan teknologi digital dan analog. Yang terbaru, Instax memungkinkan pengguna merekam suara mereka di dalam foto.

Noriyuki Kawakubo, Presiden Direktur PT Fujifilm Indonesia mengatakan, inovasi ini mengalir mengikuti permintaan pengguna di pasar. “Kami selalu terbuka untuk mendengarkan apa kekurangan dan keinginan konsumen akan produk kami untuk kemudian dikembangkan pada produk selanjutnya. Tahun lalu, kami berhasil menjual sepuluh juta Instax di seluruh dunia,” ujar Noriyuki di Jakarta, Rabu (12/06/2019).

Ketika ditanya secara lebih spesifik mengenai kontribusi pasar Instax di Indonesia bagi bisnis Instax secara global, pihak Fujifilm belum bisa membuka angka.

“Tidak bisa kami keluarkan berapa presentasi nilai tersebut, namun dapat kami katakan Indonesia merupakan salah satu pasar yang paling potensial bagi bisnis Instax. Hal ini dilihat dari jumlah penduduk usia muda yang cukup besar dengan kegemaran mereka terhadap dunia foto dan media sosial,” imbuh Livia Setyabrata, Assistant Manager Marketing Consumer Printing PT Fujifilm Indonesia.

Inovasi di bidang pemasaran pun turut dikembangkan. Mencoba ambil peluang di tengah demam berburu lokasi foto instagenic, Fujifilm membangun sejumlah instalasi foto yang instagenic pada setiap aktivasi offline mereka. Strategi ini diimbangi dengan beragam promosi penjualan yang terintegrasi baik di lini online maupun offline.

Ketika merek fokus menempatkan diri sebagai customer-centric, maka produk tersebut akan berjalan beriringan dengan perkembangan kebutuhan konsumen.

“Sebagai contoh, inovasi terbaru kami, Instax Mini LiPlay yang berangkat dari keinginan konsumen untuk berkreasi lebih jauh dari hasil foto yang mereka miliki. Kami kemudian mengembangkan foto Instax yang dikenal statis dan analog menjadi lebih dinamis, digital, dan playful melalui fitur rekam suara. Hal ini selaras dengan filosofi di balik nama LiPlay (Live Life & Play), di mana Instax ingin mengajak penggunanya untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda dan tentunya lebih menyenangkan,” kata Livia.

Editor: Sigit Kurniawan

Related