Gandeng Desainer Didiet Maulana, Starbucks Semakin Lokal

marketeers article

Setelah mengumumkan kinerja perusahaan di bursa efek, kedai kopi Starbucks yang tergabung dalam PT Mitra Boga Adiperkasa Tbk (MAB) kembali menunjukkan identitas lokalnya di Indonesia. Kali ini, Starbucks menggandeng desainer Didiet Maulana untuk mendesain berbagai merchandise, di antaranya tumbler, boneka, dan tote bag.

Didiet Maulana yang merupakan pendiri dari rumah mode IKAT Indonesia, mendesain merchandise tersebut dengan desain kain tenun Cepuk yang terinspirasi dari daerah Nusa Penida, Bali. Didiet mengatakan, pembicaraan mengenai kolaborasi ini sudah dilakukan sejak dua tahun lalu. Namun, pihaknya baru bisa merealisasikannya tahun ini.

Motif Cepuk, kata Didiet, memiliki semangat persatuan. Setiap warna yang tersirat dalam motif memiliki maknanya masing-masing, seperti cokelat yang merepresentasikan tanah dan hijau yang mengilustrasikan alam. Merchandise tersebut dijual mulai Rp 75.000 hingga Rp 300.000.

“Saya ingin anak muda paham kalau perbedaan di Indonesia sudah diwariskan sejak dulu di Indonesia dan mengaplikasikan ke motif ini sangatlah indah,” ungkap Didiet di Starbucks Plaza Indonesia, Jakarta, Senin (14/5/2018)

Kolaborasi pertama raksasa ritel global dengan desainer lokal ini merupakan bentuk perayaan perusahaan terhadap 16 tahun keberadaan di industri ritel kopi tanah air. Starbucks merasa bahwa pihaknya harus semakin localized dengan mengedepankan ke-Indonesia-an sebagai bagian dari branding perusahaan.

“Kami ingin Starbucks semakin inklusif. Tempat bagi siapa pun. Dan, Starbucks bukan semata merek internasional, Starbucks adalah merek Indonesia,” terang Anthony Cottan, Direktur Utama PT Sari Coffee Indonesia, pengelola Starbucks di tanah air.

Semangat go local yang dilakukan Starbucks pada dasarnya sudah dilakukan sejak sepuluh tahun merek ini menginvasi pasar ritel kedai kopi. Anthony bilang, awalnya pihaknya hanya mendesain gerai dengan sentuhan lokal. Lalu, masuk ke menu minuman dengan cita rasa lokal.

Selain itu, ia juga sempat mendesain kartu loyalty pelanggan dengan gambar wayang dan Monumen Nasional. Perusahaan juga membangun Farmer Support Center (FSC) di Sumatera Utara dan menjadi satu dari 10 FSC di dunia.

“Masih banyak hal yang bisa kami lokalisir dalam rangka agar semakin banyak pelanggan merasa bahwa Starbucks adalah merek mereka,” terang dia.

Sampai akhir tahun 2017, Starbucks telah mengantongi 320 gerai di 23 kota di Indonesia. Tahun ini, perseraon akan menambah 60 gerai baru, di mana beberapa gerai akan berlokasi di kota yang baru dijamah, seperti Jambi dan Samarinda.

Editor: Sigit Kurniawan

Related