Geliat Ekonomi Peternak Sapi di Balik Produk Susu Kental Manis

marketeers article
Farmer milking cowing in the bucket

Lepas dari pro-kontra tentang produk susu kental manis (SKM) yang telah terjadi, tidak bisa disanggah industri pengolahan susu memiliki potensi besar bagi perekonomian negara. Apalagi, tingkat konsumsi per kapita masyarakat Indosesia masih terbilang rendah. Lebih rendah dari negara-negara sekitar di ASEAN yang rata-rata sudah di angka 20%.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2016, konsumsi susu di Indonesia hanya berkisar 11,8 liter per kapita per tahun. Sekarang, angkanya mungkin sudah bergerak di kisaran 12%. Konsumsi ini sudah termasuk produk olahan yang mengandung susu.

Kementerian Perindustrian sendiri telah menetapkan industri pengolahan susu sebagai salah satu industri prioritas. Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih mengimpor susu sebesar 2,6 juta ton per tahun. Pemerintah telah membuat roadmap pengembangan kluster industri pengolahan susu yang melibatkan peran dari semua pemangku kepentingan usaha persusuan. Roadmap itu ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No 122/M-IND/PER/10/2009.

Artinya, pengembangan sentra-sentra peternakan sapi perah dan pengolahannya akan terus bergulir. Selain untuk mengenjot tingkat konsumsi juga untuk menggerakkan perekonomian. Mengingat, susu segar yang merupakan salah satu bahan utama dari susu kental manis serta produk analognya dipasok dari dalam negeri. Dikirimkan setiap hari oleh puluhan ribu peternak sapi perah melalui koperasi di berbagai lokasi di pulau Jawa.

“Selama ini peternak sapi lokal menggantungkan kehidupan dari besarnya potensi pasar susu di Tanah Air yang salah satu produknya adalah susu kental manis. Demikian pula sebaliknya, produsen susu kental manis sangat bergantung pada ribuan peternak sapi perah lokal untuk dapat menyediakan susu segar berkualitas baik untuk dapat memberikan produk terbaik bagi konsumen,” kata Dedi Setiadi, Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI).

Bila dirunut, hubungan positif antara peternak sapi dan pabrikan susu telah berlangsung sejak lama. Kehadiran SKM telah dimulai sejak tahun 1870an dalam bentuk impor, tetapi secara perlahan dapat diproduksi secara mandiri di Indonesia. Sejak saat itu, perusahaan susu kental manis secara rutin menyerap hasil susu produksi para peternak sapi perah lokal.

Kerjasama ini secara langsung telah membantu meningkatkan kesejahteraan para peternak sapi perah di Indonesia, termasuk para anggota GKSI yang jumlahnya mencapai 120.000 peternak. Saat ini, kapasitas produksi pabrik susu kental manis di dalam negeri saat ini mencapai 812.000 ton per tahun dengan nilai investasi mencapai Rp 5,4 triliun serta total penyerapan tenaga kerja sebanyak 6.652 orang.

“Keberadaan GKSI tidak hanya bertujuan untuk membantu menyejahterakan para peternak sapi perah binaan melalui berbagai program pembinaan peternak, namun secara jangka panjang, bersama dengan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di industri persusuan, untuk bisa berkontribusi dalam memberikan solusi dari tantangan–tantangan yang ada untuk menjaga ekosistem bisnis yang tetap positif,” tambah Dedi.

Ketua Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Aun Gunawan menambahkan bahwa adanya isu dalam pasar susu yang dapat menjadikan polemik dapat semakin memberatkan semua pihak di industri. Terlebih lagi, akan berpengaruh pada pendapatan peternak sapi perah. Selain itu, potensi investor dalam membuka peluang membangun pabrik pengolahan susu atau peternakan susu berpotensi hilang.

“Para peternak sapi lokal tengah berupaya untuk mengejar kebutuhan bahan baku susu segar untuk industri susu dalam negeri tersebut. Hal ini juga seharusnya sudah sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai swasembada susu,” katanya.

Di bagian hulu mata rantai industri susu ini, lewat koperasi para peternak menjalin kemitraan dengan para pelaku industri pengolahan susu. Melakukan berbagai macam program kemitraaan baik secara infrastruktur maupun pembinaan edukasi untuk para peternak sapi perah dengan tujuan agar dapat menghasilkan kualitas susu segar yang prima. Hal ini dilakukan oleh hampir semua pemain di industri pengelohan susu, baik Frisian Flag Indonesia, Nestle, maupun Indolakto.

“Kami telah bekerja sama dengan peternak sapi lokal untuk memasok bahan baku bagi perusahaan sejak lama. “Berkembangnya industri susu sudah tentu akan meningkatkan kebutuhan bahan baku susu segar,” kata Andrew F. Saputro, Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia (FFI).

    Related