Harga Rumah di Bawah Rp 750 Juta Jadi Idaman

marketeers article

Optimisme para pencari rumah pada semester kedua tahun 2018 ini masih tinggi. Sebanyak enam dari sepuluh orang berencana membeli rumah pada paruh kedua tahun ini, baik rumah baru maupun rumah seken. Hal ini tercermin dalam hasil Survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2018.

Sebanyak 63% dari 1.000 responden survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2018 mengaku berniat membeli rumah pada semester kedua 2018 ini. Menariknya, mayoritas responden yang berencana membeli rumah berasal dari golongan berpenghasilan di bawah Rp 7 juta per bulan.

Dalam survei tersebut, sebanyak 53% responden yang berencana membeli rumah memiliki penghasilan di bawah Rp 7 juta per bulan. Sementara itu, sebanyak 30% memiliki penghasilan berkisar Rp 7 juta hingga Rp 15 juta, dan sisanya berpenghasilaan di atas Rp 15 juta.

“Harga properti memang tidak bisa dibilang murah, tetapi berbagai kebijakan Pemerintah seperti pelonggaran aturan Loan to Value (LTV) atau besaran rasio uang muka memudahkan siapapun untuk memiliki rumah. Kalau dulu uang muka paling rendah 15%, sekarang pengembang bisa menawarkan uang muka hingga serendah 5%, bahkan tanpa uang muka,” jelas Ike N. Hamdan, Head of Marketing Rumah.com.

Kebijakan terbaru dari Pemerintah membebaskan pengembang untuk mengatur besaran uang muka. Kebijakan yang diterbitkan bulan Juli 2018 lalu ini terutama diterapkan pada pencari rumah pertama, yakni orang yang belum memiliki rumah. Sementara, untuk orang yang hendak membeli rumah kedua dan seterusnya dikenai uang muka mulai dari 10%.

Selaras dengan tingkat penghasilan, mayoritas responden yang mencari rumah mengincar rumah dengan harga di bawah Rp 750 juta, yakni sebesar 79% dari total responden yang mencari rumah. Country Manager Rumah.com, Marine Novita, menjelaskan bahwa di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan lainnya, sulit untuk mendapatkan rumah dengan harga di bawah Rp 750 juta. Konsekuensinya adalah membeli apartemen dengan ukuran kecil atau rumah di perbatasan kota.

Namun konsumen tak perlu risau membeli rumah tapak di perbatasan kota karena saat ini, Pemerintah tengah giat membangun infrastruktur untuk transportasi umum massal. Hal ini seperti diungkapkan Lukas Bong, Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI). Baginya selama ada akses, konsumen tidak perlu dipusingkan dengan permasalahan lokasi yang cukup jauh.

“Faktanya, anak milenial atau pasangan baru yang belum mampu beli rumah di tengah kota, akan memilih rumah di pinggiran yang jaraknya tidak jauh dari stasiun kereta. Untuk Jakarta dan sekitarnya, lokasi investasi yang prospektif dengan harga di bawah Rp 1 miliar di antaranya adalah area pinggiran seperti Serpong, Parung Panjang, dan Cisauk,” pungkas Bong.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related