Hasil Riset MarkPlus Ungkap Fakta Unik Belanja Online Perempuan Indonesia

marketeers article

E-commerce menjadi tempat berbelanja yang terus jadi pilihan dalam beberapa waktu terakhir. Setelah tahun lalu merilis hasil riset mengenai merek e-commerce yang memiliki awareness tinggi di mata konsumen. Kali ini, MarkPlus, Inc. kembali melakukan penelitian serupa.

Tema yang diambil adalah melihat seberapa jauh e-commerce memberdayakan perempuan. Pasalnya, belanja online menjadi sesuatu yang sangat akrab bagi perempuan. Kehadirannya tak hanya digunakan untuk berbelanja untuk mereka tetapi juga dapat menjadi wadah berbisnis.

Namun, salah satu hasil riset yang menonjol adalah pengaruh keuntungan dan pengalaman transaksi yang dilakukan memunculkan keunikan saat perempuan berbelanja online. Hasil riset dipresentasikan di hadapan media dalam acara SMart Women Talks: Empowering Woman Through E-Commerce #UntukPerempuan di Jakarta.

“Riset kami melihat bagaimana e-commerce bisa memberdayakan perempuan baik dari sisi konsumen maupun penjual. Lalu apa yang mendorong mereka bertransaksi serta seperti apa e-commerce mempermudah hidup mereka,” ujar Head of communication, Hi-Tech, and Media Industry MarkPlus, Inc. Rhesa Dwi Prabowo (04/04/19).

Mayoritas dari perempuan menyatakan e-commerce mempermudah kegiatan belanja karena bisa dilakukan di mana saja. Dari 1.200 responden yang tersebar di 17 provinsi seluruh Indonesia ditemukan bahwa 48,3% dari mereka menghabiskan waktu satu hingga dua jam untuk mengakses platform e-commerce.

Fakta unik lainnya adalah semakin tua usia mereka, maka pengeluaran belanja juga semakin tinggi. Persentase paling tinggi pembelanjaan lebih dari Rp 1 juta ada pada jenjang usia 49-55 tahun, sebesar 8,3%. Kebiasaan lain yang tercatat cukup umum dengan persentase 35,4% adalah mempelajari produk dan merek terlebih dahulu sebelum membeli.

Diskon, promosi lewat iklan televisi dan media sosial, serta penawaran menarik lainnya menjadi penarik perhatian perempuan untuk berbelanja online. Namun, adakah pengaruh di luar itu? Misalnya keluarga, teman, atau influencer? Meski ada, jumlahnya ternyata tak terlalu banyak. Perempuan cukup mandiri untuk mengambil keputusan tersebut.

Sebanyak 70,5% perempuan mengaku membeli barang di suatu e-commerce tanpa dipengaruhi orang lain. Mereka memutuskan sendiri produk apa yang ingin dibeli. Kendati demikian, ketakutan-ketakutan tetap ada. Contohnya, barang tidak original atau tidak sesuai dengan yang ada di gambar penjualan.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related