I am Sarahza, Saksi Pilu Hanum Rais Menjemput Buah Hati

marketeers article

“Manusia bilang di mana ada kehidupan, di situ ada harapan. Tapi bagiku, ruh yang telah dinasibkan di Lauhul Mahfudz. Selama manusia memelihara harapan, maka aku akan selalu hidup,” demikian kutipan singkat sinopsis awal buku I am Sarahza karya Hanum Rais.

Sukses meluncurkan dua buku yang diangkat ke atas panggung perfilman Indonesia, “99 Cahaya di Langit Eropa” dan “Bulan Terbelah di Langit Amerika”, kini Hanum Rais kembali merilis buku terbaru yang diangkat dari pengalaman pribadi. Penuh pilu, Hanum mengatakan meluncurkan buku “I am Sarahza” bak menguak luka lama. Namun ia meyakini kisah ini dapat memberi semangat baru bagi para calon ibu dan ayah di luar sana.

“Buku ini bercerita mengenai pengalaman saya dan suami (Rangga Almahendra) yang 11 tahun berjuang demi memperoleh buah hati. Bukan hal mudah, ini begitu berat bagi saya bahkan untuk kembali mengingat masa-masa itu kembali,” ungkap Hanum terbata sambil menahan air mata di atas panggung Jakarta Marketing Week 2018, Selasa (09/05/2018).

Hanum dan suami telah melewati puluhan terapi, berhadapan dengan ratusan jarum suntik dan sayatan operasi, hingga berkali menjalani inseminasi dengan mengucurkan dana yang tak sedikit dari hasil royalti mereka demi menjalani program bayi tabung. Semua itu berujung pada kegagalan.

“Depresi itu pasti. Hanum bahkan sempat ketergantungan terhadap obat-obatan penenang. Sebagai suami, sesungguhnya saya ingin menangis melihat keadaan Hanum. Namun saya sadar, saya harus terus membuat kami lebih kuat,” tutur Rangga.

Ketergantungan Hanum akan obat-obatan penenang pun akhirnya berhenti ketika sang Ayah, Amien Rais membuang semua obat itu dan mendorong Hanum untuk ikhlas dan berserah kepada sang Pencipta.

“Saya kemudian berserah dan mengikhlaskan apa yang terjadi sambil terus berusaha dan berdoa. Dan ternyata benar, doa merupakan sumber kekuatan terbesar. Dua tahun lalu (2016), saya dan suami dikaruniai Sarahza yang telah kami upayakan jemput sejak 11 tahun sebelum itu,” kata Hanum.

Dengan semangat menularkan rasa optimisme dan sikap tawakal kepada para pejuang lain, Hanum pun berani menuliskan kisah pilu ini. Namun, ketika ditanyai mengenai kemungkinan kisah ini diangkat ke dalam film seperti novel-novel terdahulu, Hanum dan suami masih belum bisa menjawab. Yang jelas, sejak beberapa minggu usai buku ini diluncurkan, Hanum mengaku telah didatangi oleh tiga rumah produksi film yang berniat mengangkat kisah I am Sarahza.

Editor: Sigit Kurniawan

Related