Iklan Pepsi Blunder, Ini Pelajaran Yang Bisa Brand Ambil

marketeers article

Produsen minuman ringan, Pepsi, beberapa waktu lalu baru saja merilis video kampanye terbaru berjudul Live for Now. Dalam video yang berdurasi 2 menit 30 detik menampilkan suasana aksi demonstrasi yang berujung damai. Untuk kampanye ini, Pepsi menggunakan model Kendall Jenner sebagai ikon dari kampanye tersebut.

Dalam video kampanyenya, sosok Kendall Jenner divisualkan meninggalkan proses pemotretan dan bergabung dengan para demonstran yang terdiri dari beragam suku dan ras, lantas memberikan sekaleng Pepsi kepada seorang aparat yang menjaga aksi demonstrasi.

Kampanye ini menjadi amat viral. Saking viral-nya, Pepsi sampai harus menarik kembali video kampanye tersebut. Pasalnya, alih-alih pujian, video tersebut mendapatkan banyak kecaman dari kalangan netizen.

Pepsi memberikan keterangan seperti yang disarikan dari Adweek, bahwa Pepsi mencoba untuk menyampaikan pesan global yang berkaitan dengan kesatuan, perdamaian, dan pemahaman. “Kami mengaku salah dan memohon maaf. Kami tidak bermaksud untuk mengentengkan masalah ini. Kami menarik konten tersebut. Kami juga memohon maaf kepada Kendall Jenner yang ikut terbawa dalam situasi ini.

Banyak netizen yang mengkritik video ini dengan alasan Pepsi menafsirkan aksi demontrasi hanya untuk menjual produknya. Bahkan banyak yang menghubungkan sosok Kendall Jenner ketika memberikan sekaleng Pepsi kepada pihak aparat dengan sosok Ieshia Evans, wanita kulit hitam yang diamankan aparat ketika terjadi aksi protes di Baton Rouge pada Juli tahun lalu.

Akhir-akhir isu rasial menjadi salah satu isu yang kerap memanas di Amerika Serikat. Hal ini ditambah dengan beragam kebijakan pemerintah setempat yang masih dianggap menomorduakan kalangan dari ras tertentu.

Hal ini tentunya menjadi blunder yang amat vital bagi merek Pepsi. Bisa dibayangkan kerugian besar dapat menimpa Pepsi akibat dari video kampanye ini. Walaupun Pepsi memiliki niat yang baik dengan menggaungkan semangat persatuan dan perdamaian, namun eksekusinya di lapangan mendapat tanggapan yang berbeda dari kalangan netizen.

Tentunya ini menjadi pelajaran berharga bagi setiap merek di seluruh dunia. Pelajarannya adalah, jangan menganggap enteng sebuah isu sosial yang amat sensitif. Apalagi, menjadikannya sebagai ajang promosi dan kampanye untuk meningkatkan penjualan. Jika memang benar-benar memanfaatkan momentum tersebut, lakukanlah kajian yang mendalam dari beragam perspektif. Jangan sampai mau untung malah jadi buntung.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related