Indonesia Industry Outlook 2019, Marketeer Harus Optimistis

marketeers article
47547417 rolls of fabric and textiles in a factory shop or store or bazar. multi different colors and patterns on the market. industrial fabrics.

Di tengah tahun politik tahun 2019, ekonomi adalah isu hangat. Banyak yang memprediksi perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif seperti halnya di 2018. Pasalnya beberapa industri berhasil mencatatkan pertumbuhan tahun ini, dan berharap tahun 2019 tetap optimistis. Salah satunya sektor otomotif, baik roda empat maupun dua. Pasar mobil nasional tahun 2018 nampaknya tidak mengalami perubahan signifikan dibanding tahun sebelumnya.

“Tahun depan ada sinyal kuat akan tumbuh, terutama penjualan di segmen kendaraan niaga atau komersial walau belum diimbangi segmen kendaraan penumpang. Segmen ini hanya tumbuh 5% sampai 6% pada periode Januari – September 2018,” ujar Sekretaris Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Kukuh Kumara di MarkPlus Conference 2019 di The Ritz-Carlton Pacific Place, Kamis, (6/12/2018)

Padahal kendaraan niaga sendiri tumbuh sekitar 20,1% di periode yang sama. Salah satu faktornya adalah pembangunan infrastruktur di berbagai pelosok Tanah Air, termasuk membaiknya sektor komoditas dan perkebunan.

Sementara kendaraan roda dua atau sepeda motor diprediksi tumbuh lebih baik dibanding tahun ini. Mengacu pada data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), hingga September 2018 penjualan motor nasional mencapai 4,7 juta unit.

Dari sektor ritel, pergerakannya lebih baik dibanding tahun lalu walau tidak terlalu mencolok. “Tahun 2019 adalah di mana elemen politik akan mengawal pertumbuhan bisnis ritel ke depan. Tahun politik artinya uang beredar banyak di masyarakat dan konsumsi seharusnya meningkat. Ini di mana bisnis ritel akan tumbuh,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Roy Mandey.

Optimisme Roy cukup beralasan, mengingat pada 2014 lalu total uang beredar di masyarakat semasa pemilu mencapai Rp 100 triliun. Namun sebaliknya penurunan bisa terjadi di industri ritel khusus FMCG, fast moving consumer goods, terutama di tahun depan. Walau di satu sisi sejumlah peritel masih saja melakukan ekspansi toko, terutama minimarket.

Dari beberapa contoh di atas, industri e-commerce mungkin akan menjadi satu-satunya industri yang tidak terpengaruh oleh tahun politik, karena industri ini terbilang baru dan ruang untuk bertumbuhnya masih besar.

“Pemain-pemain e-commerce optimis pertumbuhan terus akan terjadi di 2019, apalagi mengingat banyak pemain meraup hasil positif dari berbagai aktivitas yang dilakukan pada tahun ini, terutama di masa promo seperti 9-9, 10-10, sampai 12-12. Sekitar 40% transaksi e-commerce berasal dari kegiatan-kegiatan tersebut,” ujar ketua umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung.

Optimisme para pelaku industri memang patut diapresiasi, mengingat tahun pemilu adalah tahun ketidakpastian. Bahkan kemungkinan sebuah bisnis untuk mengalami penurunan besar.

Namun Founder & Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya mengatakan tahun politik bukan hambatan. Justru harus dilihat sebagai peluang. Walau sebelum pemilu pelaku bisnis lebih memilih wait and see, dan baru tancap gas setelah presiden terpilih, masa sebelum pemilu harus dijadikan waktu untuk merencanakan tancap gas setelah pemilu.

“Jadi meski pada tahun politik -tahun serba ketidakpastian, perusahaan harus tetap bisa tumbuh signifikan. Optimisme harus dipegang,” tutup Hermawan.

Related