Indonesia Segera Punya Brand Lokal Smartphone 4G Rp500 Ribuan

marketeers article
41408338 4g concept with smartphone isolated on white background

Brand smartphone asal Tiongkok Xiaomi sudah mengumumkan untuk membuat perangkat terbaru mereka Redmi 4A di Indonesia. Sesuai dengan ketentuan TKDN dari pemerintah yang menginginkan minimal 30% bagian smartphone 4G di pasar Indonesia dibuat secara lokal. Salah satu harapannya adalah smartphone bisa lebih murah, bahkan smartphone 4G Rp500 ribuan bukan tidak mungkin lagi hadir di Indonesia.

Selain itu kedatangan brand yang memproduksi secara lokal juga akan membuka kesempatan industri dalam negeri terlibat. Selain industri manufaktur lokal, Xiaomi juga menggaet perusahaan research and development Indonesia, yaitu Tata Sarana Mandiri (TSM).

“Sekarang kalau smartphone Xiaomi masuk Indonesia tidak bisa langsung datang dari Tiongkok lalu jual. Harus ada penyesuaian. Tidak hanya dari segi produk tapi juga produksi. Paling kentara itu adalah software, harus disesuaikan termasuk soal bahasa. Lalu misal dari segi hardware, orang Indonesia suka layar yang adaptif dengan sinar matahari, kami bisa sesuaikan,” ujar Director of Sales & Operations PT Tata Sarana Mandiri atau biasa disebut TSM Technologies Riswanto beberapa waktu lalu di Jakarta.

Memang untuk konsumen langsung, nama TSM Technologies pasti akan terasa asing. Bisnis mereka tidak langsung menyentuh pasar ritel, tapi lebih ke business to business. Tentu saja para klien mereka adalah brand yang harus melakukan berbagai penyesuaian produk agar lebih market friendly di Indonesia. Bukan untuk menyesuaikan dengan pasar ritel saja, tapi juga brand yang ingin menyesuaikan dengan berbagai kebijakan pemerintah.

Tanpa mengikuti kebijakan pemerintah, brand tidak bisa menjual produk mereka di pasar Indonesia, termasuk soal TKDN. Tidak hanya dari industri smartphone, TSM Technologies juga ternyata bisa menerima proyek dari manapun termasuk pemerintah. “Yang bisa kami sesuaikan bukan smartphone saja, tapi kami memposisikan diri di produk atau output berfitur 4G. Kami juga bekerjasama dengan pemerintah, tentunya terkait proyek teknologi 4G,” sambung Riswanto.

Menyerap Ilmu

Lalu seperti apa sebenarnya apa saja yang harus disesuaikan? Jika dari produk lebih ke software dan hardware, maka penyesuaian secara produksi adalah bagaimana nanti brand membuat produk yang sudah disesuaikan dengan pasar lokal. Jika sebuah smartphone dibuat agar layarnya tetap bisa dibaca di bawah terik matahari karena demand pasar Indonesia, bagaimana produk dibuat di lini manufakturnya juga menyesuaikan.

“Tahapan dan alat untuk membuat layar tahan dan tidak tahan terhadap terik matahari kan berbeda. Prosedurnya berarti menyesuaikan. Nah, kami siapkan juga SOP produksi dari hulu ke hilir. Jadi dari bagaimana produk dibuat sampai jadinya itu adalah hasil research and development TSM Technologies,” ungkap Riswanto lagi.

Lalu bagaimana dengan kompetisinya di Indonesia? Riswanto mengungkapkan tidak semua brand luar berbasis 4G masuk ke Indonesia datang ke TSM Technologies. Karena ada juga brand yang memiliki divisi R&D sendiri. Ia mencontohkan Samsung. Karena sangat wajar jika brand bermodal besar seperti Samsung membuat basis R&D sendiri. Mengingat mereka juga sudah manufaktur lokal dan pasarnya besar di Indonesia.

Buktinya menurut berbagai data dari firma riset, smartphone Samsung masih menguasai market share di Indonesia. Selain Samsung, Apple juga sudah siap berinvestasi di Indonesia untuk memenuhi unsur TKDN 30% yang ditetapkan pemerintah dengan membangun R&D.

Walau berkompetisi dengan brand luar yang sudah punya nama, TSM Technologies sebagai satu-satunya perusahaan R&D berbasis 4G di Indonesia tidak melihatnya sebagai ancaman. Justru mereka melihatnya sebagai suatu hal yang bisa membangun ranah riset teknologi Tanah Air. Kehadiran para raksasa tersebut diharapkan membuat industri lokal menyerap ilmu dengan lebih baik.

Kejutan

Dan TSM Technologies rupanya diam-diam sedang menyiapkan produk smartphone sendiri. Mengingat mereka sebenarnya bukan pemain baru di ranah ini. Beberapa tahun lalu produk smartphone IVO lalu lanag di pasar lokal. Operator 4G BOLT! adalah salah satu partner yang menggunakan IVO dalam lini produk smartphone mereka. Mirip seperti halnya Smartfren menggunakan Hisense untuk produk Andromax.

“Tapi sudah end of life sekitar dua tahun lalu. Sulit memang bersaing karena membutuhkan biaya marketing super besar. Pada akhirnya perang harga dan promosi. Kami belum sampai ke sana. Tapi mudah-mudahan tahun ini kami bisa merilis lagi produk smartphone berbasis 4G,” buka mantan pegawai di perusahaan teknologi asal AS ini.

Bukan tidak kapok, tapi TSM Technologies berharap produk mereka diterima lewat keunggulan dari sisi harga. Nantinya mereka akan merilis perangkat terjangkau alias smartphone 4G Rp500 ribuan. Tentu dengan harga sangat amat terjangkau tersebut, Riswanto berharap bisa mendisrupsi pasar smartphone. Terutama menjangkau pasar yang sebelumnya tidak terjangkau seperti di wilayah sub urban.

Salah satu alasan mengapa TSM Technologies berniat merilis smartphone 4G Rp500 ribuan ini adalah ikut mendukung target pemerintah. Seperti yang selalu didengungkan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Rudiantara, Indonesia bakal punya perangkat terjangkau berbasis 4G. Range harganya tidak akan melebihi Rp1 juta.

“Jadi nanti akan ada smartphone 4G Rp500 ribuan. Agar semua lapisan masyarakat bisa menikmati jaringan 4G. Tugas produsen atau manufaktur menyediakan perangkatnya, kami terus mendorong operator memperluas jangkauan 4G mereka di seluruh Indonesia,” ujar Rudiantara.

Salah satu faktor mengapa bisa semurah itu karena TSM Technologies masih memiliki tempat produksi atau manufaktur bekas IVO dulu. Elemen lain yang diproduksi lokal juga pasti ikut mendukung menekan harga. “Manufaktur di Batam yang kami miliki sekarang jadi basis produksi Xiaomi buatan Indonesia. Selain Xiaomi, ASUS juga bekerja sama dengan kami,” tutup Riswanto.

    Related