Industri Manufaktur Sumbang Ekspor Nasional Hingga 72%

marketeers article

Industri manufaktur menyumbang kontribusi besar bagi nilai ekspor nasional. Pada semester l/2018, sumbangsih ekspor dari industri manufaktur mencapai 71,59% dari total ekspor nasional yang mencapai US$88,02 miliar.

Jumlah ekspor produk industri manufaktur pada semester l/2018 naik 5,35% dari US$ 59,81 miliar menjadi US$63,01 miliar. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan peningkatan ekspor cukup penting dalam mengerek penguatan Rupiah.

“Maka itu, lima sektor industri yang diprioritaskan pengembangannya dalam memasuki era revolusi industri 4.0, juga dipacu untuk aktif melakukan ekspor,” tutur Haris di Tangerang, Banten, Kamis (25/10/2018).

Kelima sektor itu adalah industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronika. “Kelompok manufaktur ini mampu memberikan kontribusi sebesar 65% terhadap total ekspor, kemudian menyumbang 60% untuk PDB, dan 60% tenaga kerja industri ada di lima sektor tersebut,” ungkap Haris.

New jacket on mannequin and measuring tape

Guna mendorong industri dapat memperluas pasar ekspornya, diperlukan adanya kerja sama bilateral yang komprehensif. Di samping itu, pemberian insentif subsidi suku bunga kredit ekspor bagi industri serta fasilitas pembiayaan ekspor. Saat ini, pemerintah telah memfasilitasi melalui program Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).

“Dengan dorongan tersebut, kami berharap ekspor dapat meningkatkan dan target pertumbuhan industri manufaktur dapat tercapai,” ujar Haris. Pada tahun ini, Kemenperin menetapkan target pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 5,67%. Pada kuartal II/2018, industri pengolahan nonmigas mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,41%, naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,93%.

Menilik ke belakang, nilai tambah Industri nasional meningkat hingga US$ 34 miliar, dari tahun 2014 yang mencapai US$ 202, 82 miliar menjadi US$ 236,69 miliar saat ini. Sementara itu, apabila melihat indeks daya saing global yang sekarang diperkenalkan metode baru dengan indikator penerapan revolusi industri 4.0, peringkat Indonesia naik dari posisi 47 tahun 2017 menjadi level ke-45 di 2018.

Bahkan, merujuk data The United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), indeks MVA untuk industri di Indonesia naik tiga peringkat dari posisi 12 pada tahun 2014 menjadi level ke-9 pada tahun 2018. “Selain itu, pangsa pasar industri manufaktur Indonesia di kancah global pun ikut meningkat menjadi 1,84% pada tahun 2018,” lanjutnya.

Menperin memastikan, guna memacu pertumbuhan industri manufaktur nasional, diperlukan kebijakan strategis yang mendukung seperti ketersediaan bahan baku, pembangunan infrastruktur, kelancaran arus logistik, dan penurunan harga gas industri. “Ini yang akan mendorong pula investasi dan ekspansi di sektor industri. Apalagi, saat ini sudah dikembangkan 13 kawasan industri baru dan 22 sentra IKM baru,” tegasnya.

Dalam upaya mendongkrak daya saing industri, termasuk kesiapan memasuki era revolusi industri 4.0, Kemenperin telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang link and match dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia. “Kami telah menggandeng sebanyak 609 industri yang terlibat dan 1.753 SMK. Program ini akan terus digulirkan lagi pelaksanannya dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM sesuai kebutuhan industri saat ini,” pungkasnya.

Editor: Sigit Kurniawan

Related