Ingin Menjadi Tenant MRT Jakarta? Ini Tipsnya

marketeers article

Jika tak aral melintang, moda transportasi MRT Jakarta akan beroperasi pada Maret 2019. Hingga saat ini, pencapaian penyelesaian proyek MRT ini telah mencapai 90,26%. Adapun untuk penyelesaian proyek yang di atas tanah mencapai 85,2%. Sedangkan untuk di bawah tanah mencapai 95,36%.

“Pengerjaan di atas lebih lambat karena kami harus menghadapi proses pembebasan tanah,” kata Agung Wicaksono, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta.

Kehadiran MRT ini pun diharapkan bisa menjadi solusi penyelesaian kemacetan yang diprediksi akan mencapai gridlock atau tidak bergerak pada tahun 2020. Dengan adanya MRT ini, harapannya kerugian sebesar Rp 68 triliun per tahun akibat kemacetan bisa diatasi. “Kerugian itu meliputi bahan bakar, stress, dan lainnya. Padahal biaya investasi MRT hanya RP 1 triliun per km,” kata Agung. Total panjang dari rute MRT ini sendiri, yaitu dari Lebak Bulus menuju Bunderan HI mencapai 16 km, di mana 6 km terdiri rute di bawah tanah dan 10 km di atas tanah.

Nantinya, bakal ada 13 stasiun pemberhentian, di mana 7 stasiun akan berada di atas dan 6 stasiun berada di bawah. MRT akan beroperasi setiap 5 menit sekali dan diproyeksi bakal mengangkut sekitar 173.000 penumpang per hari.

MRT Jakarta pun akan menghadirkan stasiun dengan bentuk dan desain yang berbeda-beda. Misalnya untuk Stasiun Blok M, desainnya akan berwarna kehijauan dengan adanya unsur ranting. Sedangkan Stasiun Dukuh Atas akan menggunakan konsep taman yang alami dan terkoneksi dengan pedestrian, hingga terhubung dengan transportasi lain seperti KA Bandara, LRT, hingga Transjakarta.

“Stasiun bukan hanya menjadi tempat dan berangkatnya kereta, tapi bagian dari lifestyle. Akan ada convenience store, tenant fashion & accessories, ATM, F&B. Ini akan menjadi salah satu gaya hidup warga jakarta dengan adanya experience baru,” kata Agung.

MRT Jakarta pun membuka kesempatan bagi para tenant untuk bergabung dalam mengisi stasiun yang ada. Dari 13 stasiun, 10 di antaranya akan dikembangkan bersama dengan skema sewa secara regular. Sedangkan  tiga stasiun akan ditawarkan kepada para UKM yang lolos kurasi setelah melalui proses dari Bekraf dan Pemprov DKI. “Yaitu Stasiun Sisingamangaraja, yang dekat dengan kantor ASEAN, Stasiun Haji Nawi yang lekat dengan budaya retail Betawi, dan Stasiun Blok A yang dulunya dekat dengan pasar tradisional sehingga harapannya produk tradisional bisa digarap di sana,” kata Agung.

Namun, Agung berharap para tenant bisa menerapkan konsep grab & go. Untuk F&B misalnya, Agung tidak menyarankan proses memasak terjadi di stasiun.

Harus Cekatan

Jacky Mussry, Deputy CEO of MarkPlus, Inc. mengatakan traffic atau lalu lintas pengunjung sangatlah penting dalam sebuah pusat perbelanjaan. “Namun, tidak perlu khawatir untuk stasiun MRT ini. Karena orang yang akan lalu lalang di stasiun ini sangat banyak. Tantangannya sekarang adalah bagaimana kita bisa menarik perhatian pada pengunjung untuk aware dan appeal dengan tenant kita. Selanjutnya, bagaimana mereka akhirnya mau ask, act dan advocates,” katanya,

MRT ini pun bakal menjadi atraksi terbesar dan terbaru di Jakarta, bahkan Indonesia. Moda transportasi ini akan menjadi daya tarik atau magnet tersendiri bagi siapapun.

Karenanya, sangatlah penting bagi pelaku tenant untuk menentukan Segmentation, Targeting dan Positioning dalam bisnisnya. Selanjutnya, bisnis yang dihadirkan harus memiliki diferensiasi. “Pegawainya harus cepat, cekatan. Jadi harus menyesuaikan dengan value dari MRT,” kata Jacky.

Content, context dan infrastruktur pun menjadi hal krusial yang harus diperhatikan oleh para pemilik tenant. Untuk content misalnya, tenant bisa melakukan promosi bahwa sebuah produk hanya bisa dibeli di Stasiun MRT ini. “Sedangkan untuk context, promo ini hanya berlangsung di stasiun ini atau itu. Untuk infrastruktur, tenant harus bisa menyediakan layanan pembayaran yang cepat. Tenant tidak bisa menjalankan bisnis retail yang umum saja,” katanya.

    Related