Melihat akan potensi pasar Indonesia, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) dan PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) meresmikan pabrik baru di Kawasan Industri Greenland International Industrial Center (GIIC), Cikarang – Jawa Barat. Meski kondisi ekonomi Indonesia saat ini diyakini melemah, namun Suzuki tidak ragu melakukan investasi hingga US$ 1 miliar untuk membangun pabrik tersebut. Pabrik ini merupakan pabrik keempat atau pabrik perakitan kedua Suzuki Indonesia. Tujuannya, menjawab permintaan konsumen dalam negeri dan meningkatkan ekspor. Bahkan, dengan pabrik ini, Suzuki memiliki target muluk untuk merajai pasar otomotif ASEAN.
“Posisi kami di pasar ASEAN mungkin masih kalah dengan Toyota, namun kami optimistis dan berjuang untuk itu. Salah satu pasar terbesar kami adalah India, Thailand, dan Indonesia. Pabrik ini adalah bentuk komitmen investasi kami di Indonesia. Pabrik baru PT SIM di GIIC Cikarang ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan industri otomotif Indonesia dan ekspor ke lebih dari 80 negara, seperti ASEAN, Timur Tengah, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan. Ekspor tidak hanya untuk completely build up CBU tetapi juga mencakup mesin, parts untuk transmisi, dan lain-lain, dan rasio ekspor akan ditingkatkan secara bertahap dari 13% pada saat ini menjadi 20% kemudian 30%,” jelas Osamu Suzuki, Chairman and CEO Suzuki Motor Corporation yang hadir memantau langsung peresmian pabrik Suzuki di Cikarang, Bekasi, Jumat (29/05/2015)
Pria 85 tahun ini menambahkan bahwa pabrik tersebut juga akan menginstalasi fasilitas termutakhir di antara pabrik-pabrik Suzuki guna meningkatkan kualitas mobil-mobil Suzuki di buatan Indonesia. Di pabrik Cikarang ini, Suzuki akan menciptakan sistem produksi yang berkesinambungan mulai dari transmisi mesin sampai perakitan bodi roda empat. Selain itu, pabrik ini juga akan menciptakan lapangan perkerjaan untuk lebih dari 1100 orang. Tidak tanggung-tanggung, Suzuki berambisi untuk merajai pasar ASEAN dan menjadikan pabrik di Indonesia sebagai amunisinya. Hal ini tercermin dari intensitas Osamu melakukan blusukan ke pasar Indonesia dan memastikan semua berjalan sesuai rencananya.
“Kami melihat pasar ASEAN ini semakin terbuka dan menunjukan daya beli yang bertumbuh. Saat ini, produksi untuk pasar ASEAN hampir 5 juta unit per tahunnya. Angka ini masih dikontribusikan oleh Thailand yang mampu memproduksi hingga 1 juta unit. Kesejahteraan masyarakat ASEAN terus meningkat, hal ini terlihat dari pendapatan per kapita di setiap negara. Menangkap peluang tersebut, kami serius membangun pabrik ini. Meski kami telah memiliki pabrik seluas 100 hektar, saya pribadi tetap menginginkan kapasitas produksi yang lebih luas lagi. Hasilnya, dibangunlah pabrik Cikarang Plant ini yang memiliki luas sekitar 130 hektar,” tambah Osamu.
Saat ini, pabrik PT SIM di Cikarang dioperasikan untuk memproduksi mobil Ertiga seluruh tipe untuk pasar domestik dan ekspor. Selain itu, pabrik ini juga memproduksi mesin Ertiga (K14B / 1400 cc) dan Karimun Wagon R (K10B / 1000 cc), serta transmisi kendaraan roda empat yang juga diperuntukan pasar domestik serta ekspor. Ke depannya, pabrik ini akan dijadikan basis produksi model-model baru dari mobil Suzuki. Untuk menunjang kegiatan produksi, pabrik ini dilengkapi dengan mesin dan teknologi robotic, sehingga proses kerja yang dihasilkan lebih akurat, efektif, dan efisien. Fasilitas lain, pabrik ini telah memiliki fasilitas Forging untuk membuat gear sendiri dan seat untuk membuat jok mobil yang masih sangat jarang dimiliki oleh produsen mobil di Indonesia.
Untuk mendukung misi Osamu Suzuki di atas, ada beberapa hal yang diharapkan Osamu kepada pemerintah Indonesia. Di antaranya adalah pembenahan infrastruktur dan suku bunga guna mendukung strategi pricing dari produk Suzuki, sehingga akan semakin kompetitif di pasar global. Berapa lama yang dibutuhkan Suzuki untuk merajai pasar ASEAN? Kita lihat saja.