Ini Alasan Kenapa Turis Cina Tak Boleh Diabaikan

marketeers article

Dominasi turis Cina telah terjadi di berbagai negara di dunia, baik wilayah Asia hingga Eropa. Tak dipungkiri, masih ada pihak yang belum sadar akan potensi besar market turis China lantaran anggapan negatif yang banyak terdengar di lapangan. Lalu, apa sebenarnya alasan yang mendasari turis China sebagai market yang potensial?

Jumlah Wisatawan Tertinggi

Jika dilihat dari jumlah Wisatawan Mancanegara (wisman) yang mengunjungi Indonesia, China menjadi negara yang memiliki dampak besar bagi pasar Indonesia. Pasalnya, data Kemenpar khusus di bulan September 2017 menunjukkan 44.93% (178,706) wisman di Indonesia berasal dari Tiongkok. Pasar terbesar kedua ditempati oleh Singapura dengan jumlah wisman mencapai 122,234 jiwa, disusul Australia sebesar 114,045 jiwa, Malaysia 98,551 jiwa, dan Jepang sebesar 55,984 jiwa.

Sementara jika dilihat secara kumulatif dari Januari-September 2017, posisi yang ditempati masing-masing negara tersebut pun masih sama. Turis China bertengger di posisi teratas dengan menguasai 45,68% wisman atau setara dengan 1,607,615 wisman. Data terbaru menunjukkan jumlah wisman asal China mencapai 1,9 juta orang. Disusul Singapura sebesar 1,067,242 wisman, Australia diposisi ketiga dengan 918,957 wisman, Malaysia mencapai 885,412 jiwa, dan Jepang sejumlah 416,040 wisman. Tidak bisa dihindari bahwa China menjadi kontributor terbesar bagi pariwisata Indonesia dari segi jumlah.

Boros Soal Hotel dan Penerbangan

Observasi Kemenpar secara kualitatif menunjukkan, wisman Cina sangat wise dalam mengeluarkan uang untuk memilih hotel dan penerbangan. Namun, mereka tidak wise (boros) ketika membeli souvenir.

Lebih Royal dengan Cashless Payment

Tren pembayaran mobile (cashless payment) tengah menjadi tren di kalangan turis Cina. Business Insider Singapore melansir, sekitar 65% pelancong China menggunakan platform pembayaran mobile dalam perjalanan mereka ke luar negeri. Yang menarik, jumlah yang mereka belanjakan lebih banyak enam kali lipat dibandingkan turis non-China (11%). Tak tanggung-tanggung, 91% turis China mengaku mau membeli lebih banyak jika penjual menerima pembayaran mobile.

Rata-Rata Pengeluaran Cina Tak Seperti Asumsi Awam

Di lapangan, banyak kritik terhadap kebijakan Kemenpar untuk menggarap pasar China. “Asumsi yang kerap kami dengar antara lain meliputi penilaian bahwa pasar Tiongkok bukan pasar yang bagus, pengeluaran mereka sangat kecil, dan tuntutannya sangat besar. Pendapat ini  ada benarnya, namun tidak sepenuhnya benar,” kata I Gde Pitana, Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar RI.

Image result for china rich kids
Photo Credits: Jing Daily

Alasannya, survei yang dilakukan Kemenpar baik secara konvensional maupun pendekatan visa card dengan master card dan digital menunjukkan rata-rata pengeluaran anggaran dari wisman China ternyata tidak rendah. Rata-rata turis dari Singapura melakukan pengeluaran ke Indonesia sebesar US$ 680, wisman Malaysia hanya US$630, sementara China US$ 1.018 per kunjungan.

Sementara secara global, data Nielsen di 2017 menunjukkan turis China menghabiskan rata-rata S $ 1.010 ($ 762) per orang untuk berbelanja sendiri berdasarkan perjalanan terakhir mereka, sementara pelancong non-China menghabiskan rata-rata S $ 645.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related