Ini Kunci Bisnis Berkelanjutan Unilever

marketeers article

Membangun strategi keberlanjutan untuk sebuah bisnis tengah digandrungi banyak merek. Tujuannya tentu untuk memperpanjang umur dari bisnis tersebut. Salah satu perusahaan global yang tengah fokus mengembangkan program keberlanjutan adalah Unilever. Apa yang mereka lakukan?

Bertajuk Unilever Sustainable Living Plan (USLP), perusahaan yang bermarkas di London membangun strategi yang sama di setiap negara untuk membangun bisnis berkelanjutan. Tidak terkecuali di Indonesia. Di Tanah Air, Unilever Indonesia bersama Yayasan Unilever Indonesia (YUI) membuat berbagai program yang melibatkan komunitas masyarakat. Dalam menjalankan program USLP ini, Unilever bermisikan tiga pilar utama, yaitu peningkatan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat, pengurangan dampak lingkungan akibat operasional bisnis mereka untuk mewujudkan Indonesia Hijau, dan peningkatan penghidupan masyarakat untuk mencapai Indonesia Sejahtera.

“Unilever Indonesia berkomitmen untuk selalu menjalankan bisnis yang berkelanjutan dan bertanggungjawab. Karena, Unilever sadar bahwa bisnis dapat bertumbuh apabila sejumlah tantangan seperti masalah kesehatan, isu lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dapat dituntaskan bersama-sama. Oleh karena itu, Yayasan Unilever Indonesia menggandeng para stakeholder dalam menerapkan program berkelanjutan yang terintegrasi,” jelas Sancoyo Antarikso, selaku Governance & Corporate Affairs Director and Corporate Secretary PT Unilever Indonesia Tbk beberapa waktu lalu ketika ditemui di Yogyakarta.

Sejak kelahirannya 27 November 2000, Yayasan Unilever Indonesia (YUI) telah menjadi perpanjangan tangan Unilever Indonesia dalam melakukan bisnis yang berkelanjutan yang berbasis komunitas. Keberadaan YUI inilah yang sejalan dengan strategi bisnis Unilever secara global yang dinamakan Unilever Sustainable Living Plan (USLP). Strategi ditujukan untuk melipatgandakan bisnis perusahaan seraya mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan dampak positif terhadap masyarakat.

15 tahun lalu YUI memulai program di Yogyakarta dan saat ini YUI telah menjangkau jutaan masyarakat Indonesia di 16 provinsi melalui program-programnya. Untuk mencapai Indonesia Sehat, Unilever Indonesia telah mengedukasi sekitar 80 juta orang akan pentingnya memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui kampanye cuci tangan pakai sabun dan sikat gigi pagi dan malam hari. Tentunya, program ini menggunakan berbagai produk Unilever. Dan hal ini tidak dipungkiri oleh Unilever sebagai upaya mereka untuk menjual produk lebih banyak.

Dalam upayanya mencapai Indonesia Hijau, hingga tahun 2015 YUI berhasil membina 1.272 Bank Sampah. Bank Sampah ini telah mencakup 51.157 anggota nasabah dan mengumpulkan hingga 3.425 ton sampah di 10 kota besar di Indonesia. Program Bank Sampah adalah sebuah sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif dengan cara menampung, memilah, dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah. Ini menjadi salah satu upaya Unilever untuk mengurangi jumlah sampah yang disebabkan oleh peredaran produk mereka.

Sementara untuk mencapai Indonesia Sejahtera, YUI mengawali Program Pengembangan Komunitas Petani Kedelai Hitam di tahun 2001 untuk menghasilkan kedelai hitam bermutu tinggi kultiver Malika. Upaya ini bekerjasama dengan tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Sampai saat ini, Unilever telah membangun kemitraan dengan 9.000 petani kedelai hitam dan 29.500 petani gula kelapa yang membantu pengadaan bahan baku kecap Bango.

Selain itu, terdapat 3.300 perempuan yang terlibat dalam Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati yang berfokus pada pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga Keuangan Perempuan (LKP) dan Kelompok Wanita Tani (KWT). Dengan cara ke tiga ini, Unilever berupaya untuk menjaga tingkat produktivitas dan kualitas para petani kedelai mereka. Tentunya akan bermuara pada pengembangan produk Kecap Bango dengan baik.

Bagi Unilever, mereka tidak akan membuat sebuah program yang tidak memberikan dampak positif bagi perusahaan. Meski tidak melulu program yang digelar adalah untuk berjualan. Paling tidak, tanggung jawab perusahaan tersampaikan dan mampu mendukung keberlangsungan bisnis perusahaan. Bagaimana menurut Anda?

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related