Ini Sejumlah Data Mengenai Sektor Pariwisata Filipina

marketeers article

Jika bicara mengenai negara tetangga, Indoneisa selalu dibandingkan dengan Malaysia. Padahal, beberapa pelaku bisnis justru melihat ada kesamaan antara negeri ini dengan Filipina, negara kepulauan yang berbatasan langsung dengan Pulau Sulawesi di Utara Indonesia.

Kesamaan antara Indonesia dan Filipina lebih disebabkan oleh kontur wiayah yang sama. Salah satu tantangan berbisnis di Indonesia adalah wilayahnya yang berbentuk kepulauan, membuat transfer barang dan jasa memiliki kendala, khususnya akibat infrastruktur yang tidak merata. Hal yang sama juga dialami oleh Filipina.

Dalam hal industri pariwisata, kedua negara sama-sama memanfaatkan demografi yang gemuk sebagai penyumbang devisa. Sebab, perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan domestik menjadi kunci pertumbuhan pariwisata negara itu. Berikut beberapa prediksi mengenai sektor pariwisata domestik dari negara yang dipimpin presiden fenomenal Duterte itu.

World Travel & Tourism Council menemukan bahwa pengeluaran perjalanan domestik di Filipina menghasilkan lebih dari 86% dari PDB perjalanan dan pariwisata pada tahun 2016. Diperkirakan angkanya akan tumbuh 4,8% per tahun menjadi 3,336 miliar peso pada tahun 2027.

Selain itu, pada tahun yang sama, Phillipine Statistics Authority menemukan bahwa perjalanan domestik naik 20% dibandingkan tahun 2012. Hal ini memperkuat penelitian dari Household Survey on Domestic Visitors (HSDV) tahun 2016 di mana tiga dari lima orang Filipina (59% atau hampir 61 juta) yang berusia 15 tahun atau lebih tua melakukan perjalanan di dalam negeri pada tahun tersebut.

Berdasarkan kajian yang dilakukan Google dan Temasek Holdings berjudul E-conomy SEA: Unlocking the $200B Digital Opportunity, Filipina menempati urutan kedua sebagai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi digital terpesat di dunia, setelah Indonesia. Penetrasi internetnya mencapai 63% (67 juta pengguna) atau sekitar 105,7 juta orang Filipina.

Adapun pasar digital Filipina berkembang sebesar 11% untuk CAGR yang diprediksi mencapai 93 juta pengguna internet pada tahun 2020. Hal ini juga membuktikan prospek yang cerah untuk online travel market di Filipina, khususnya untuk hotel dan penerbangan online, yang diperkirakan akan tumbuh sekitar lima kali lipat dari US$ 1,1 miliar pada 2015 menjadi US$ 4,6 miliar pada tahun 2025.

Di sisi lain, berdasarkan laporan WeAreSocial tahun 2018, Filipina dianggap tidak hanya memiliki 67 juta pengguna internet, akan tetapi seluruh pengguna internet tersebut aktif di media sosial. Setidkanya lebih dari 60 juta orang baik sebagai pengguna unique mobile users atau active mobile social users.

Dengan penetrasi aktivitas internet yang tinggi serta pertumbuhan dari tahun-ke-tahun tidak hanya dalam negeri tetapi juga perjalanan internasional, budget hospitality menjadi kunci pendorong bagi industri pariwisata di Filipina.

Ekspansi RedDoorz

Tak heran, RedDoorz setelah beroperasi di Singapura dan Indonesia, langsung tancap gas membuka propertinya di Filipina. Bedanya, RedDoorz memperkenalkan kategori baru yaitu RedDoorz Premium.

Chief Operating Officer RedDoorz Rishabh Singhi menjelaskan, pengenalan properti premium ini didasari oleh pengamatannya tentang bagaimana konsep kondotel tumbuh luar biasa di Filipina.

“Kami merasa bahwa dengan menambahkan kategori baru ini, kami dapat membuat perbedaan kamar di market, sekaligus mempertahankan etos kami dalam menyediakan standarisasi dan prediktabilitas di semua properti RedDoorz,” ternag dia.

Tujuan dari kategori baru ini adalah menargetkan business travellers’ yang mencari fasilitas khusus, seperti koneksi Wifi yang baik dan lokasi yang lebih dekat ke pusat bisnis. “Kami melihat ini sebagai kategori yang kuat saat kami memperluas ke kota-kota Asia Tenggara dengan maraknya business travelers,” paparnya.

CEO RedDoorz Amit Saberwal menuturkan, kesuksesannya di Indonesia membuka jalan bagi pihaknya masuk ke pasar Filipina. Tantangan terbesar saat ini adalah mengubah pola pikir bagi pemilik properti untuk menerima model bisnis RedDoorz. Ia bilang, disrupsi teknologi di Filipina baru terjadi selama tiga hingga empat tahun terakhir.

Amit menekankan, menjadi bagian dari jaringan RedDoorz akan memungkinkan mereka mengakses sebagaimana dengan jaringan hotel besar yang beroperasi, yang seharusnya tidak tersedia bagi mereka.

“Teknologi adalah bagian dari DNA kami. Penerima manfaat terbesar dari ini adalah properti menengah dan budget properties,” tambah Amit.

Editor: Sigit Kurniawan

Related