Ini Tantangan yang Harus Dihadapi Pemain Ritel

marketeers article
Shopping

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) merasa tantangan yang dihadapi industri ritel selama tahun 2016 maupun tahun depan ada pada regulasi-regulasi dikeluarkan pemerintah. Maklum, APRINDO menilai masih ada regulasi yang tidak berimbang. Bahkan, dalam membuat sebuah kebijakan, pemerintah tidak mengikutsertakan publik maupun pelaku usaha dalam pembahasan dan audiensi.

“Contohnya revisi Peraturan Presiden No. 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Kami ingin agar ekspansi ritel tidak harus bergantung pada Rancangan Detail Tata Ruang (RDTR),” kata Roy N. Mande, Ketua APRINDO kepada Marketeers.

Menurut Roy, ritel itu memiliki dua napas, yaitu retail is detail dan retail is expansion. Ritel harus detail, jadi harus benar-benar diperhatikan, mulai dari interior toko, merchandising, harga diskon. Kedua, retail is expansion. Kalau ritel tidak menambah toko atau ekspansi beragam produk, ritel ada di posisi yang flat. Pasalnya, ritel harus membayar Upah Minimum Provinsi (UMP) yang meningkat tiap tahunnya dan biaya-biaya lain.

Senada dengan Roy, Christian Kurnia selaku Director of Merchandising and Marketing PT Matahari Department Store Tbk (MDS) memandang ekspansi sebagai hal penting bagi peritel untuk mendorong pertumbuhan. Studi MDS menemukan bahwa pihaknya membutuhkan lebih dari 400 gerai fisik di seluruh Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, mengingat keterbatasan infrastruktur mal dan sumber daya, saat ini MDS hanya memiliki sekitar 148 gerai yang tersebar di 68 kota di seluruh Indonesia.

Tak ingin berdiam diri, MDS berinisiatif menerapkan strategi omni-channel. Bukan hanya mengembangkan toko offline, MDS pun mengembangkan toko online. Dari sisi offline, MDS akan ekspansi ke kota-kota yang belum terjamah. Tahun ini, MDS membuka delapan gerai dan menargetkan membuka 6-8 gerai tahun depan.

“Di sisi online, kami merilis MatahariStore.com. Peluncuran versi digital ritel ini hadir untuk menjangkau konsumen yang belum terjangkau oleh toko fisik,” tambah Christian.

Sementara itu, PT Sahabat Utama Traco (SUT) ─ distributor tunggal Casio Calculator sebagai perusahaan yang mendistribusikan barang-barang impor memandang regulasi sebagai sebuah tantangan yang harus mereka hadapi. Menurutnya, bila berbicara impor pasti berkaitan dengan waktu.

“Untuk proses impor di Indonesia cukup lama. Namun, progres perbaikan mengenai impor ini sudah lebih cepat dibandingkan sebelumnya,” kata Erick Henry, General Manager PT SUT.

Related