Upaya Susul Ketertinggalan Sains Indonesia dari Malaysia

marketeers article

Angka peneliti di Indonesia dilansir Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU Kemendikbud) masih tertinggal dari Malaysia dan Singapura. Angka peneliti per satu juta populasi di Malaysia mencapai 7.000 orang, Singapura berada di kisaran 2.590 orang. Sementara, Indonesia berjumlah 1.071 orang. Berangkat dari fenomena ini, KNIU Kemendikbud bekerjasama dengan L’ORÉAL mendorong perkembangan dunia sains melalui L’ORÉAL – UNESCO For Women in Science National Fellowship Awards 2017.

Dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, Direktur Sistem Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Ira Nurhayati mengatakan diperlukan peran Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang mumpuni.

“Cukup miris memang di tengah kemajuan teknologi, jumlah peneliti di Indonesia masih sangat rendah. Padahal, ada segudang masalah yang perlu diselesaikan. Indonesia membutuhkan para SDM IPTEK sebagai solusi kunci menyelesaikan segala masalah yang ada,” terang Ira di Jakarta, Kamis (09/11/2017).

Ketua Harian KNIU Kemdikbud Arief Rachman mengatakan, masyarakat harus mulai mengubah perspektif mereka bahwa dunia sains, teknik, teknologi, ataupun matematika tidak hanya diperuntukkan bagi laki-laki, melainkan perempuan.

L’ORÉAL – UNESCO For Women in Science National Fellowship Awards 2017 memberikan penghargaan kepada para peneliti perempuan Indonesia yang berperan dalam mengubah masa depan dunia medis Indonesia. Umesh Phadke, Presiden Direktur L’Oréal Indonesia menerangkan, para perempuan ini dipilih lantaran kontribusi mereka bagi kehidupan banyak orang.

Ada tiga kategori penghargaan yang diberikan pada tahun ini. Umesh menyebutkan, kategori Life Sciences diberikan kepada Retno Wahyu Nurhayat dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan Yulia Yusrini Djabir dari Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Kategori Material Sciences jatuh kepada Siti Nurul Aisyiyah Jenie dari Pusat Penelitian Kimia LIPI. Sementara, kategori Engineering Sciences diberikan kepada Yuliati Herbani dari Pusat Penelitian Fisika LIPI.

Menurut Umesh, dengan mengapresiasi peneliti perempuan Indonesia yang berkontribusi bagi dunia sains Indonesia diharapkan dapat memacu perempuan lain untuk melakukan hal serupa.

Kontribusi perempuan dalam bidang ini dapat dilakukan dalam berbagai cara. Menurut Arief, peneliti perempuan dapat membantu memperbaiki teknik deteksi dini penyakit mematikan, mengembangkan prosedur medis yang aman, dan menurunkan biaya pengobatan yang secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas hidup di Indonesia.

Para penerima penghargaan L’ORÉAL – UNESCO For Women in Science National Fellowship Awards 2017 dikatakan Umesh menerima dana sebesar Rp 80 juta yang akan digunakan dalam penelitian mereka mendatang.

Akankah cara ini membantu ketertinggalan angka peneliti Indonesia dibandingkan negara tetangga lain?

Editor: Sigit Kurniawan

Related