Inilah Bedanya CEO Startup Lokal dan Luar Negeri

marketeers article

Startup digital lokal bertebaran luar biasa saat ini. Dorongannya adalah kemajuan dunia online, di mana pengguna smartphone di Indonesia kian masif, seiring dengan pertumbuhan pengguna internet yang juga masif.

“Jadi, sekarang jangan bicara mau buka bisnis digital tetapi tidak digital. Sekarang apa-apa digital, online. Kalau misal ada yang buka bisnis pecel lele tanpa jualan online, ya sulit dipisahkan dari dunia digital karena masalah enak tidak enaknya pasti dibicarakan di online, media sosial,” ujar chief executive perusahaan investasi Merah Cipta Media Antonny Liem di Jakarta beberapa waktu lalu.

Booming dunia digital itu kemudian melahirkan banyak pengusaha-pengusaha di ranah tersebut. Dan, rata-rata dari mereka berusia muda. Apalagi dengan melihat kesuksesan seperti Nadiem Makarim lewat GO-JEK-nya, sampai Ferry Unardi lewat Traveloka, banyak anak muda tergiur membuat perusahaan rintisan atau startup yang bergerak di bidang digital, khususnya aplikasi untuk smartphone.

Melihat fenomena tersebut, Antonny melihat perbedaan antara pendiri dan CEO dari startup digital lokal dengan luar negeri. “Ya kalau saya lihat selama ini pendiri atau CEO startup digital di Indonesia memiliki pace cukup santai. Beda dengan di luar. Mereka bisa hanya tidur sampai tiga atau empat jam saja sehari. Kerjaannya terus menyempurnakan produk-produk mereka. Saya tidak menyalahkan para pemain lokal ini. Tapi, pada akhirnya akan ada masa penyesuaian dan kesadaran itu akan muncul seiring berkembangnya industri,” terang Antonny.

Selain itu, seorang CEO asal Indonesia yang baru saja mendirikan perusahaannya sudah memikirkan untuk merekrut pegawai. Walau tidak salah, tapi sebaiknya seorang CEO atau pendiri startup digital berjuang sendiri dulu atau dengan sebuah tim kecil untuk tahu rasanya bekerja di berbagai bidang untuk memajukan usahanya. “Ini misalnya lagi, kalau dia jualan pecel lele jangan hire orang dulu. Jadilah kokinya dulu, kasir, sampai pelayan. Biar dia bisa merasakan,” sambung Antonny.

Bahkan, kalau bisa jangan ambil gaji dulu. Antonny menyarankan agar mereka para CEO ini hidup dari tabungan pribadi. Uang untuk operasional startup sebaiknya digunakan untuk pengembangan produk. Ditanya soal apakah banyak startup berkualitas atau tidak di Indonesia, ia menyatakan sulit untuk melihatnya. Namun di Merah Cipta Media, sebagai investor startup, yang dilihat dulu adalah apakah produk sebuah startup bisa memiliki manfaat bagi publik atau tidak.

“Kami lihat tujuannya dulu. Misal sekarang ada startup yang kami danai bernama Kurio. Ini adalah aplikasi untuk mengumpulkan berita-berita dari berbagai media online, tapi bisa dikustomisasi sesuai keinginan pengguna. Misal suka olahraga, nanti akan hadir berita-berita olahraga pilihan dari berbagai media yang bisa dibaca sekaligus di aplikasi Kurio. Tujuannya bagus, membuat publik semakin mudah untuk mengakses dan memilih berita, sehingga mendorong tingkatkan minat baca. Di situ ada nilai edukasinya,” tutup Antonny.

Editor: Sigit Kurniawan 

    Related