Inspirasi Marketing dari Sosok Virtual Mukidi

marketeers article
Woman use of smartphone

Anda, khususnya para pengguna WhatsApp, mungkin tidak asing dengan nama “Mukidi.” Nama yang merujuk pada seseorang tersebut mendadak ngetren di media sosial belakangan ini. Kenapa? Mukidi hadir dengan mengusung tema-tema humor yang tak jarang membuat para pembacanya tertawa ngakak.

Tak hanya dalam bentuk cerita tekstual, Mukidi juga hadir dalam meme-meme kreatif dengan pesan yang tak kalah humoris. Semua pesan masuk ke pesan di smartphone kita tanpa henti. Konten cerita dan ilustrasinya hadir dengan sangat variatif dengan aneka tema, dari yang bernada konyol hingga sedikit satir.

Tampaknya, Mukidi pun menjadi bahan percakapan di antara para pengguna smartphone. Bahkan, Mukidi hadir menyapa secara horizontal, tak peduli status dan jabatan orang yang menerima kehadiran “sosoknya” – entah itu karyawan, Tukang tahu bulat, manajer toko, maupun pejabat pemerintah. Tak tahu, mungkin,  Mukidi pun sempat “menyambangi” dan menghangatkan suasana istana negara.

Mukidi tentunya bukan sekadar Mukidi. Siapa Mukidi? Banyak orang tidak tahu siapa sebenarnya sosok Mukidi yang lebih dikenali sebagai tokoh fiktif tersebut. Tak tahu juga siapa yang pertama kali membuat kisah tentang Mukidi. Tanpa disadar, Mukidi sudah viral dan menghibur banyak orang.

Bagi penulis, viralnya Mukidi ini menarik untuk diulas dari kacamata marketing. Penulis membayangkan, bagaimana kalau nama Mukidi tersebut diubah menjadi nama sebuah brand atau produk tertentu. Tentunya, ini bakal menjadi kasus marketing yang heboh mengingat brand tersebut menjadi viral dan diperbincangkan banyak orang. Bukan perbincangan negatif, tetapi positif – tepatnya menghibur. Mampukah brand melalukan hal yang sama dengan kasus Mukidi tersebut?

Apa saja yang bisa ditiru dari kasus Mukidi tersebut? Pertama, brand perlu menciptakan tema atau ikon atau tokoh tertentu yang bisa hadir untuk menyapa masyarakat pengguna internet dengan penuh memikat. Dalam hal konten marketing, tentu tema atau ikon atau tokoh tersebut tidak mesti berelasi kuat dengan brand atau produk.

Kedua, pentingnya membangun awareness di kalangan masyarakat. Bisa dipastikan, banyak orang mengenal Mukidi karena awalnya merasa ingin tahu kenapa orang-orang membicarakan sosoknya. Setelah mengenal, orang mulai menikmati kehadiran Mukidi. Pada akhirnya, orang ikut menyebarkan Mukidi ke teman-teman lain. Bahkan, ada yang turut menciptakan konten-konten baru – baik cerita maupun meme – tentang Mukidi.

Inspirasi kedua itu sangat dekat dengan pola customer path di era konektivitas ini yang dikenal dengan WOW Marketing. Path tersebut dikenal dengan 5A, yakni Aware,  Appeal, Ask, Act, dan Advocate. Mukidi pun diadvokasi oleh banyak orang.

Ketiga, Mukidi hadir dalam guyonan ringan. Dari sini, pemasar bisa belajar membuat konten marketing yang ringan sekaligus menghibur. Dua sifat ini berpotensi menjadikan konten marketing akan mudah engage dengan audiensnya. Audiens tak perlu menguras pikiran untuk memahami sebuah pesan konten marketing.

Keempat, Mukidi hadir dalam cerita. Satu hal yang menjadi senjata ampuh dalam konten marketing adalah story telling. Mengapa cerita? Cerita lebih mudah dipahami, lebih gampang menggugah dan menyentuh emosi audiensnya. Dengan ini, pesan konten marketing akan lebih mengena.

Kelima, Mukidi hadir dalam keseharian masyarakat. Kalau kita cermati, guyonan-guyonan Mukidi tak jauh dari peristiwa-peristiwa kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian, Mukidi dengan gampang hadir dan diterima oleh audiensnya. Pemasar perlu belajar dari ini, yakni mengangkat tema-tema yang populer di kalangan target audiensnya.

Keenam, Mukidi hadir secara konsisten. Selama tiga harian yang lalu, Mukidi hadir dan direproduksi terus-menerus dengan gaya baru. Seolah-olah, Mukidi adalah sebuah cerita yang tidak pernah habis. Dari sini, pemasar perlu mengusung semangat produktif dalam membuat konten marketing. Begitu tidak produktif, audiens bakal meninggalkannya. Sebaliknya, begitu membombardir, kemungkinan pembaca juga akan bosan.

Ketujuh, Mukidi jadi “selebriti” di media arus utama. Meski tak jelas siapa Mukidi dan siapa penciptanya, fenomena Mukidi pun akhirnya membuat media-media arus utama melirik dan menjadikannya berita gratis. Model ini tentunya akan menjadi hal yang sangat menguntungkan bagi brand jika konten marketingnya bisa menjadi bahan berita gratis bagi media-media arus utama. Apa syaratnya? Kontennya harus menarik lebih dulu, heboh lebih dulu, dan menghibur.

Demikian beberapa inspirasi dari fenomena Mukidi. Mungkin Mukidi memberi inspirasi yang lain bagi Anda sekalian. Mukidi, sosok virtual, ini pun bisa menjadi pelajaran pemasaran yang murah meriah.

Lalu, siapa sebenarnya Mukidi itu?

*Tulisan ini merupakan buah kolaborasi antara penulis dan editor Sigit Kurniawan. 

Related