Bukti Instagram Stories Rebut Pengguna Snapchat

marketeers article

Tidak selamanya yang pertama hadir akan merajai pasar. Justru pengikut yang menggunakan strategi sama bisa saja merebut pasar lebih besar. Terutama di dunia teknologi sekarang ini, di mana sebuah inovasi langsung “ditiru” oleh banyak kompetitor yang kadang menghadirkan produk lebih baik. Contoh kasus paling aktual dalah Instagram dan Snapchat.

Snapchat dianggap sebagai pionir media sosial berbasis video singkat berkonsep feed. Penggunanya juga dalam beberapa tahun terakhir meningkat signifikan. Masyarakat biasa sampai selebriti keranjingan Snapchat. Kisah manis yang mulai terasa pahit mulai pertengahan tahun 2016 lalu, ketika Instagram secara mengejutkan merilis fitur serupa seperti Snapchat.

Semenjak merilis fitur bernama Instagram Stories Agustus lalu, pengguna Snapchat menurun drastis. Bagaimana bisa penjiplak yang selalu berkonotasi negatif merenggut kejayaan inovator. Tapi inilah dunia teknologi. Seperti dilansir oleh TechCrunch berdasarkan banyak analisis pakar di media sosial, kualitas si penjiplak ternyata tidak bisa diremehkan dan nyaman digunakan.

Persentase penurunan Snapchat variatif, mulai dari 15% sampai 40%. Di satu sisi, pengguna Instagram Stories melonjak drastis. Sementara, media sosial berlogo hantu itu akan segera masuk bursa saham pada Maret 2017 nanti.

Sebuah agensi media sosial yang tidak mau disebut namanya menunjukan statistik penurunan pengguna Snapchat 20% sampai 30% dari Agustus 2016 sampai pertengahan Januari 2017. Dalam waktu 25 minggu, Instagram Stories telah mencapai 150 juta pengguna tiap harinya. Jumlah itu sama dengan jumlah pengguna Snapchat pada Juni 2016 semenjak meloncak dari 110 juta pengguna sejak Desember 2015, seperti dilansir Bloomberg.

Semenjak itu, belum ada peningkatan atau update terbaru yang dipublikasikan. “Secara keseluruhan, dari Agustus sampai November 2016 rata-rata unique viewer Snapchat turun sekitar 40%,” ujar CEO Delmondo Nick Cicero, sebuah perusahaan analitik media sosial berbasis video. Nick dan tim menggunakan 21.500 sampel pengguna Snapchat untuk menunjukan penurunan.

Sementara, agensi influencer marketing TheAmplify menunjukan data bahwa rata-rata influencer yang ada dalam komunitas mereka sebagai sampel menggunakan Instagram Stories 28% lebih tinggi dibanding Snapchat. Dari sisi download aplikasi juga terlihat, di mana App Annie menunjukan popularitas Snapchat turun dari nomor tiga ke nomor sebelas dari Agustus 2016 sampai Januari 2017.

Blunder Snapchat, Durian Runtuh Instagram

Salah satu alasan selain kenyamanan penggunaan dan kualitas, faktor pendorong turunnya pengguna Snapchat adalah ketika fitur Auto-Advance dihapus sejak 7 Oktober 2016. Akibatnya, ketika pengguna membuka dan menikmati banyak feed video secara berurutan akun yang di-follow-nya, kini tidak lagi. Pengguna bisa mensortir feed atau Stories mana saja yang mau ditonton.

Di satu sisi, tentu baik karena pengguna tidak akan melihat video yang tidak mau dilihat saat itu. Tapi artinya dengan semakin selektif, durasi menikmati Stories pasti berkurang. Perusahaan analis markeitng Snapchat Mish Guru mencatat bahwa banyak infuencer Snapchat mengalami jumlah view di Stories mereka sampai lebih dari 9%.

Data dari agen influencer media sosial Charlie Buffin menunjukan hal tersebut. Salah satu kreator Snapchat bisa mendapatkan sampai 330.000 view per hari pada akhir 2015 sampai Juni 2016. Namun memasuki Desember 2016, hanya ada 205.000 sampai 250.000 view per hari. “User engagement berkurang drastis karena Instagram Stories namun Snapchat kurang peduli terhadap komunitas kreator yang membesarkan nama mereka,” ujar Buffin.

Contoh lain dari kreator bernama Hannah Stocking, di mana view di Snapchat Stories-nya jatuh dari 150.000 pada Agustus 2016 menjadi 90.000 pada Januari 2017. Namun di saat yang sama, Instagram yang kejatuhan durian runtuh. Karena kehadiran Stories, follower Hannah melonjak dari 1,2 juta menjadi 4,3 juta, di mana ia terhitung aktif menggunakan fitur tersebut.

Jika mau dibandingkan soal popularitas, Instagram tentu saja jauh populer dan familiar walau sebelumnya bermain di ranah berbeda. Sebuah analisis mengatakan para konten kreator yang telat berkontribusi di Snapchat benar-benar tidak melirik platform itu lagi semenjak hadir Instagram Stories. Mereka dinilai lebih familiar dan nyaman menggunakan Instagram Stories.

Sekarang, banyak pemasar  melirik Instagram, selain YouTube, untuk mempromosikan produk atau merek mereka sendiri. Snapchat dianggap melakukan kesalahan seperti halnya Vine. “Orang sudah lupa bahwa Instagram adalah penjiplak fitur utama Snapchat,” ujar salah seorang agen media sosial.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related