Internet di Papua 23 Kali Lebih Lambat Dibanding Jakarta

marketeers article
too slow internet loading on computer, compare to slower than snail

Selama ini, sektor teknologi seperti internet walau maju pesat belum memberi dampak sangat signifikan kepada perekonomian nasional. Sektor konvensional seperti UKM masih menjadi penyumbang terbesar kepada PDB dengan persentasi 61%. Bandingkan dengan sektor teknologi khususnya komunikasi dan informasi di mana kontribusinya hanya 4%.

“Itu artinya dari PDB kita yang sebesar Rp 9.000 triliun, sumbangan informasi dan komunikasi hanya Rp 350 triliun. Sekitar Rp 200 triliun datang dari operator seluler sementara sisanya datang dari televisi dan media lainnya,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam Indonesia Technology Forum di Jakarta pada Kamis (19/1/2017).

Walau tidak seberapa, pemerintah pada tahun 2020 menargetkan sektor informasi dan komunikasi mampu berkontribusi 11% sampai 12% dengan nilai mencapai Rp 1.500 triliun. Keyakinan Rudiantara berdasarkan pada kebutuhan informasi berbasis internet masyarakat semakin meningkat. Apalagi sekarang perangkat internet berkecepatan 4G sudah bisa didapat dengan murah.

Target itulah yang seharusnya bisa dicapai dengan semakin terjangkaunya perangkat mobile seperti smartphone. Menurut Rudiantara setidaknya pada tahun 2019 perangkat berfitur 4G bisa didapatkan dengan harga mulai Rp 350 ribuan. Artinya penetrasi internet dan smartphone akan semakin mendorong pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi sehingga target pada tahun 2020 bisa tercapai.

Hanya saja tantangannya adalah bahwa untuk menyediakan layanan internet terutama yang berkualitas, operator menghadapi biaya tinggi khususnya infrastruktur jaringan. Pertumbuhan tahunannya hanya sekitar 7% saja dari para operator mulai dari Telkomsel, Indosat, sampai XL.

“Maka untuk mendukung penetrasi tinggi smartphone berjaringan 4G, pertumbuhan jaringan juga harus tumbuh cepat di atas rata-rata sekarang. Saya harap jaringan telekomunikasi kita bisa tumbuh di atas 7% pada tahun 2018. Kami dari pemerintah terus mendorong itu karena masyarakat itu fokus hanya dua, coverage jaringan dan kualitas service. Kalau mau jaringan bagus cost operator tinggi dan masyarakat susah menjangkau. Harus terus ditekan agar masyarakat sanggup membeli,” sambung Rudiantara.

Artinya dengan penurunan harga pada perangkat dan jaringan, konsumsi masyarakat akan informasi dan telekomunikasi akan semakin tinggi. Penetrasi akan semakin tinggi karena biaya ekosistem teknologinya sudah turun. Di satu sisi semakin tinggi penetrasi masyarakat menjangkau teknologi informasi murah, kecepatan internet juga akan semakin merata.

Karena kenyataan sekarang kecepatan rata-rata di wilayah urban sangat jomplang dengan daerah terutama wilayah terpencil.

“Di Jakarta kecepatan internet rata-rata 7 Mbps. Bandingkan dengan di Papua yang hanya 300 kb saja. Tapi di Papua bukan lebih murah, internet di sana rata-rata harganya 1,65 kali lebih mahal dibanding Jakarta,” ujar Deputi Bidang UKM dan Koperasi Kementerian Koordinator Perekonomian Mohammad Rudy Salahuddin.

Jikalau dihitung, kecepatan internet di Papua 23 kali lebih lambat dibanding Jakarta. Disparitas itu sangatlah tinggi. Efeknya tentu saja pada perekonomian secara nasional. Menurut Rudy, perekonomian akan jauh lebih maju dan cepat jika didorong oleh teknologi. Faktanya walau sumbangan terhadap PDB mencapai 61%, dari sekitar 59 juta unit UKM kurang dari 10% sudah tersentuh digital.

Tidak heran berdasarkan entrepreneur index global, Indonesia berada di peringkat 90 dari 138 negara. “Kurang teknologi entrepreneur kita kurang inovasi. Disparitas tinggi walau penetrasi internet sebenarnya sudah mencapai 51,8% menurut data terakhir kami per November 2016,” tutup Rudy.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related