Ipsos Indonesia Flair: Indonesia Belum di Posisi yang Kuat

marketeers article
Peluncuran Buku IPSOS Indonesia Flair

Perusahaan riset pemasaran asal Perancis IPSOS baru saja mengeluarkan studi terbarunya, Indonesia Flair. Melalui IPSOS Indonesia, penelitian mereka berbicara bahwa posisi Indonesia saat ini belum terbilang kuat meski pembangunan infrastruktur ada di mana – mana. Lantas, seperti apa kondisi Indonesia?

Secara bahasa, flair berarti insting atau intuisi. IPSOS global pun setiap tahun mengeluarkan IPSOS Flair yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2005 dalam bentuk buku Paris Flair. Penelitian IPSOS Flair diambil dari perspektif dan spektrum yang luas untuk menggambarkan kondisi sebuah negara.

“Flair adalah kemampuan untuk menangkap situasi dan mengenalinya untuk pengambilan keputusan. Indonesia Flair sendiri merupakan pengamatan kami dalam dua tahun terakhir. Ini adalah hasil studi pertama kami yang dibukukan,” jelas Managing Director IPSOS Indonesia Soeprapto Tan di Bunga Rampai Resto Jakarta, Rabu (31/5/2018)

Indonesia Flair merupakan rangkuman dari pengetahuan dan hasil pengamatan tim IPSOS Indonesia seputar aspek moneter, bisnis, pemasaran, pola penggunaan media massa, kebudayaan, hiburan, pariwisata, otomotif, hingga ketenagakerjaan.

Bertema Dealing with The Opposites, Indonesia Flair menemukan beragam hal menarik mengenai Indonesia. Menurut studi ini, Indonesia belum berada di posisi yang kuat meski pembangunan infrastruktur terus berlangsung. Meski begitu, pertumbuhan ekonomi yang positif berhasil dicatatkan pemerintah.

“Saat ini, GDP Indonesia berhasil mencatatkan kontribusi 40% dari total gross domestic bruto (GDP) di ASEAN. Namun nampaknya Indonesia belum begitu menjadi sorotan dan disebut-sebut,” lanjut Soeprapto.

Di sisi lain, besarnya GDP Indonesia ternyata mengandung ketimpangan ekonomi yang sangat besar. Posisi GDP per kapita Indonesia pun berada di urutan 107 dunia. Menurut dunia internasional, masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.

“Meski begitu, terdapat empat orang Indonesia yang masuk ke dalam 100 orang terkaya di dunia yang jumlah kekayaan orang tersebut melebihi kekayaan dari 100 juta orang termiskin di Indonesia. Ini sangat kontradiktif,” tutup Soeprapto.

Editor: Sigit Kurniawan

Related