Pemerintah dan Korporasi Semakin Aware Keamanan Siber

marketeers article

Kasus peretasan (hacking) yang terjadi pada Rumah Sakit Darmais Jakarta dan situs Telkomsel dalam beberapa bulan terakhir memberikan tanda bahwa tujuan peretas sudah berubah, dari sekadar ingin popular hingga saat ini bermotif ekonomi.

Walau tidak ada data akurat seberapa banyak serangan hacker terjadi di Tanah Air, namun total kerugian yang dilaporkan selama ini telah mencapai Rp 600 juta. Serangan peretas lewat berbagai malware yang terjadi di Indonesia saat ini bukanlah kasus pertama. Kasus serupa pernah terjadi pada tahun 1998 silam yang merugikan salah satu perusahaan teknologi di Jakarta.

“Ada perusahaan yang menjadi korban peretasan, namun tidak melaporkan. Sebab, peretasan itu menyangkut reputasi perusahaan,” ujar Dony Koesmandarin, Manajer Kaspersky Lab saat ditemui Marketeers di Restoran Harum Manis, Jakarta.

Dony menyebut, serangan hacker yang masif terjadi adalah ransomware. Sebab, virus itu tidak lagi hanya menyerang perangkat PC, melainkan juga piranti mobile seperti smartphone. Ini disebabkan karena pengguna mobile semakin meninggi.

Serangan mobile ransomware itu salah satunya akan membuat aplikasi di smartphone menjadi tidak bisa dibuka. Penyebaran malware ini paling cepat terjadi pada piranti bersistem operasi Android.

“Pengembang (developer) dapat dengan mudah membuat aplikasi di Playstore. Hal ini mendorong pelaku kejahtan siber menyusupkan ransomware ke aplikasi-aplikasi tersebut,” kata dia.

Jenis aplikasinya pun bisa apa saja. Namun, aplikasi dengan fitur berbagi foto, video, atau dokumen adalah yang paling sering digunakan pelaku. Karena itu, Dony menyarankan agar konsumen menonktifkan fitur auto-download di smartphone mereka.

“Malware ini bisa masuk lewat file yang tanpa sengaja sudah terunduh di smartphone kita,” ujar Dony.

Celakanya, pelaku siber akan mencari cara untuk mengetahui informasi seputar pembayaran mobile. Dari sana, pelaku dapat mengetahui ID pelanggan, nomor kartu kredit, hingga kata sandi dari kartu itu.

Semakin sadar

Hadir di Indonesia sejak tujuh tahun lalu, perusahaan antivirus asal Rusia, Kaspersky, mulai melihat adanya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai kejahatan siber. Dua kasus yang disebutkan di awal tulisan ini memberikan “wake up call” bagi masyarakat untuk peduli terhadap isu tersebut.

Perusahaan ini juga melihat kesadaran yang sama pada lembaga pemerintah, seperti DPR atau perusahaan milik negara. Mereka mulai mempersenjatai tim TI mereka dengan berbagai platform yang berfungsi mencegah kebocoran rahasia perusahaan.

“Perusahaan BUMN dan BUMD seperti bank-bank daerah sudah mulai melek bahaya laten dari kejahatan siber,” aku dia.

Selain menyasar segmen korporasi swasta, Kaspersky tengah mencoba masuk ke sektor pemerintah. Kendati, sampai saat ini, belum ada satu pun kerja sama yang terjalin antara perusahaannya dengan pemerintah di Indonesia.

Walau begitu, Kaspersky mengklaim penjualan mereka di negeri ini terbilang baik, dengan pertumbuhan double digit setiap tahunnya. Apalagi, Pemerintah Rusia melalui kedutaan besarnya di Jakarta memberikan pernyataan bahwa mereka akan merangkul Indonesia untuk bekerja sama di sektor keamanan siber.

Salah satu perwakilan Rusia yang hadir dalam diskusi yang dilakukan di JW Marriott (27/7) Andrey Bezrukov, menuturkan bahwa Rusia bersedia menjadi mitra Indonesia dalam mengembangkan sektor cybersecurity.

“Kami ingin mengajukan joint development dengan Indonesia, yaitu sebuah pengembangan bersama mengenai komunikasi siber dan sistem Big Data,” terang Bezrukov yang merupakan Presiden Russian Association of High-Technology Security Exports.

Dia juga menambahkan, pihaknya berharap dapat menciptakan pusat penelitian di mana peneliti Rusia dan Indonesia dapat bekerja bersama menciptakan inovasi dan melakukan kajian tentang keamanan siber.

Adanya gelagat Rusia mendekati Indonesia untuk dijadikan mitra di sektor keamanan siber memberikan angin segar bagi perusahaan teknologi Rusia yang telah operasi di nusantara. Kaspersky misalnya, perusahaan ini meyakini prospek bisnisnya di Tanah Air bakal semakin meningkat.

Padahal, di Amerika Serikat, Kaspersky dilarang digunakan oleh lembaga negara dan pemerintahan Donald Trump. Amerika Serikat menduga bahwa Kaspersky memiliki kedekatan dengan agen intelijen Rusia yang dituduh melakukan serangan siber kepada negeri yang sedang dipimpin oleh Donald Trump itu.

“Tidak ada efek apapun dari kejadian di Amerika dengan penjualan kami di Indonesia,” ujar Dony sedikit berkomentar.

Yang jelas, kata dia, Kaspersky sedang giat-giatnya mengedukasi masyarakat mengenai tren cybersecurity. “Kalau masyarakat sudah teredukasi, para pemangku kebijakan akan mengambil sikap yang lebih serius terkait masalah keamanan siber,” tutup Dony.

Related