KatunLurix, Hidupkan Kembali Warisan Asli Indonesia

marketeers article
Dyah Yesnita, KainLurix

Kain lurik adalah sebuah warisan yang tidak ternilai bagi rakyat Indonesia. Sayangnya, saat ini, pesona kain lurik kian tenggelam, khususnya di mata anak muda negeri ini.

Hingga kini, memang tidak ada yang memastikan bagaimana sejarah kain lurik di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Data prasasti, karya sastra, arca dan relief candi menyuratkan bahwa tradisi tenun telah ada di Indonesia sejak pertengahan abad IX Masehi.

Dikatakan pada prasasti raja Erlangga (1033 Masehi) menyebutkan kain tenun lurik tuluh watu. Hal ini diperkuat temuan arca terakota pada candi-candi di Trowulan, Jawa Timur yang menggunakan kain tenun lurik.

Sebuah hal yang menarik, di tengah era globalisasi, terdapat satu pengusaha muda yang memberdayakan kain lurik sebagai salah satu usahnya. Dia adalah Dyah Yesnita ND, pemilik KatunLurix (KaLu). Lantas apa motivasi Dyah memanfaatkan dan memberdayakan kembali kain lurix ini? Simaklah penuturan Dyah yang disampaikan ke Marketeers dalam rangka audisi  Marketeers Youth StartUp Icon 2013:

Ceritakan sedikit tentang latar belakang bisnis yang baru Anda rintis dan pencapaian yang sudah didapatkan selama ini?

Saya memulai usaha di bidang kerajinan lurik pada awal tahun 2011. Pada awalnya, usaha saya hanya memproduksi baju lurik sesuai pesanan.  Namun pada akhirnya, konsep usaha ini berkembang menjadi kreasi kerajinan lurik, di mana saya mulai memproduksi tas rajut dengan menggunakan dalaman kain lurik, tas lurik, aksesoris syal, dan dompet lurik.  Respon pasar sampai saat ini sangat positif. Hal ini terbukti dari permintaan yang terus meningkat dan jumlah reseller yang bertambah. Omzet per bulan rata-rata mencapai Rp 20 juta, dan jumlah itu bisa meningkat 2 kali lipat jika ada pameran di luar kota.

Apa yang telah Anda lakukan dalam mengangkat perekonomian daerah  Anda?

Usaha saya yang mengangkat lurik sebagai bahan dasar kerajinan selalu berhubungan dengan pengrajin lokal di daerah saya. Sebab lurik sendiri merupakan kain tenun yang berasal dari Jawa Tengah. Dengan menjalin kerja sama yang baik, maka akan tercipta simbiosis mutualisme bagi saya dan pengrajin kain. Selain itu, saya juga bekerjasama dengan pengrajin daerah untuk memproduksi tas dan aksesoris pendukungnya. Dengan memberdayakan pengrajin-pengrajin di daerah, saya akan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru dan yang pasti akan meningkatkan taraf hidup mereka.

Apa motivasi Anda dalam mengikuti kontes ini, dan kenapa Anda layak disebut sebagai  ikon wirausaha muda di dunia startup dari kota Anda?

Motivasi saya untuk mengikuti kontes ini adalah untuk mendapatkan link yang baru, membuka wawasan baru dan berharap akan mendapatkan ilmu yang berguna yang dapat diterapkan untuk usaha saya agar semakin berkembang. Saya pun ingin membuktikan bahwa kekayaan lokal budaya kita, yaitu kain tradisional lurik dapat bersaing dengan produk dari luar negeri yang saat ini membanjiri pasar Indonesia.

Related