Kawasan Industri Kendal Serap 50 Investor dan 5.000 Naker Hingga 2019

marketeers article

Aktivitas industri diyakini dapat memberikan multipler effect bagi perekonomian nasional. Salah satu contoh terlihat dari pengembangan Kawasan Industri Kendal (KIK). Beroperasi sejak 2016, KIK telah menarik 50 investor dengan target penanaman modal sebesar Rp6,5 triliun dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 5.000 orang hingga akhir tahun 2019.

KIK sebagai salah satu klaster yang terintegrasi diharapkan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dapat menjadi contoh pengembangan kawasan industri lainnya di Indonesia. Pembangunan KIK direncanakan sampai tiga tahap dengan total lahan seluas 2.700 hektare untuk menjadi kawasan industri terpadu yang didukung oleh pengembangan zona industri, pelabuhan, kota fesyen, dan permukiman.

“Artinya, aktivitas industri dapat memacu penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak. Ini salah satu multipler effect-nya bagi perekonomian nasional. Dan, ini diperlukan melalui peningkatan investasi. Di sini sudah banyak sektor light industry. Selain itu, kami akan dorong juga untuk tumbuhnya industri komponen, fesyen, sepatu dan garmen,” kata Airlangga di Jakarta, Senin (14/01/2019).

 

Diresmikan pada November 2016, KIK menjadi ikon baru kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Singapura. KIK dibangun oeh PT Jababeka Tbk dengan Sembcorp Development Indonesia Pte. Ltd., anak perusahaan Sembawang Development Ltd. asal Singapura.

KIK sebagai kawasan industri terintegrasi pertama di Jawa Tengah ini memilki potensi penyerapan investasi hingga Rp200 triliun dan tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang. Presiden direktur dan CEO KIK Stanley Ang merinci pada tahun 2018 sudah ada 48 perusahaan yang menyatakan minatnya untuk investasi di KIK, ditambah dua perusahaan yang sudah deal pada Januari 2019.

“Dua perusahaan yang akan segera mengeksekusi usahanya di KIK, yakni satu dari sektor industri baja yang merelokasi pabriknya, dan satu lagi industri pengemasan yang melakukan ekspansi,” ujarnya.

Di antara 50 perusahaan tersebut, tujuh sudah beroperasi, tiga perusahaan sedang proses membangun dan 12 perusahaan sedang mengurus administrasi seperti perizinan dan persiapan desain bangunan. “Jadi yang sudah 85 persen dari Indonesia, 7 persen singapura, serta Korea Selatan, Jepang dan Malaysia masing-masing 2 persen,” jelasnya.

Perusahaan-perusahaan itu antara lain PT Tat Wai Industries, PT APP Timber, PT Praya, PT Ganda Sugih Arthaboga, Steel Fabricator Company, PT Kendal Eco Furindo, dan PT Roda Maju Bahagia. Target investor sektor lainnya, yakni industri elektronika, otomotif, dan kimia dasar.

Stanley menargetkan, pada kuartal II-2019, investor akan tumbuh lebih kencang sebab kondisi akan lebih stabil. “Investor dalam negeri tak lagi wait and see melihat kondisi politik, sedangkan kondisi perang dagang juga diperkirakan mereda,” ungkapnya.

Related