Kedai Kopi Bejibun, Anda Pilih Mana?

marketeers article
Bisnis kedai kopi (coffee shop) menjadi sesuatu yang fenomenal di kota-kota urban Indonesia. Begitu banyak kedai kopi membanjiri pasar. Gejala ini tidak hanya diciptakan oleh pengusaha kopi individual, melainkan juga perusahaan besar.
 
Bisa dibilang, Starbucks adalah jaringan kedai kopi internasional yang berhasil melakukan penetrasi pasar di dalam negeri. Sejak hadir tahun 2002 lalu, Starbucks telah memiliki 230an gerai (per Desember 2015) yang tersebar di seluruh Indonesia.
 
Setiap tahunnya, kedai kopi yang terafiliasi dengan Grup Mitra Adhiperkasa (MAP) ini biasanya membuka 20-30 gerai baru.
 
Mengapa Starbucks bisa semasif itu? Selain memiliki modal yang besar, Starbucks diuntungkan dengan bargaining power yang dimiliki grup ritel terbesar Indonesia, MAP. Maklum saja, mal-mal baru biasanya lebih dulu menawarkan ruang ritelnya ke MAP, mengingat perusahaan ritel itu mengantongi 150 brand dengan total 1.870 gerai se-Indonesia (per September 2015).
 
Artinya, dengan jumlah brand yang banyak, ekspansi MAP selalu membutuhkan lahan ritel yang besar. Bahkan, berdasarkan keterangan perusahaan, MAP membutuhkan 50.000 m2 untuk ekspansi gerainya tahun ini.
 
Padahal, kalau dari segi eksistensinya di Indonesia, kedai kopi lokal Excelso (PT Excelso Multi Rasa) telah hadir hampir sepuluh tahun lebih dulu. Sejak dibuka pertama kali pada tahun 1991, Excelso telah memiliki 131 gerai di 30 kota nusantara.
 
Tahun ini, Excelso yang masih dalam naungan Grup Kapal Api itu, menargetkan membuka 10 gerai baru. Angka ini turun dari pembukaan gerai baru tahun lalu, yang sebesar 12 gerai.
 
Target lokasi gerainya pun masih berkutat di Jakarta dan Surabaya. Nilai investasi sepuluh gerai itu ditaksir sebesar Rp 20 miliar, atau Rp 2 miliar per gerai dengan luas antara 150 m2 – 200 m2.
 
Presiden Direktur Excelso Kevin Mergonoto mengatakan, ekspansi bisnis yang dilakukannya dapat meningkatkan pendapatan perusahaan sebesar 15%-20%. Target ini tidak sebesar torehan tahun lalu yang bisa mencapai 24%.
 
Tahun ini pula, Excelso mulai merambah pasar regional untuk keperluan ekspansi. Adapun empat negara yang menjadi pertimbangan Kevin adalah Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Abu Dhabi.
 
The New Starbucks
Melihat peluang yang manis dari bisnis kedai kopi, menuntut konglemasi Lippo Group menambah diversifikasi usaha ke sektor tersebut. Melalui merek Maxx Coffee, Lippo berencana membuka 80 gerai kopi hingga tahun 2016.
 
Target ini dinilai cukup ambisius. Maxx Coffee pun memiliki strategi jitu agar targetnya tercapai, yaitu dengan merangsek masuk ke pasar daerah di luar kota besar, seperti Kupang, Malang, Manado, Buton, dan Ambon. 
 
Wajar saja, ekspansi Maxx Coffee terbilang luwes mengingat Lippo Group telah memiliki puluhan properti, baik mal, universitas, gedung perkantoran, apartemen, hotel, dan residensial, di lebih dari 40 kota Tanah Air. 
 
“Sampai saat ini, belum banyak jaringan kedai kopi yang masuk ke pasar daerah. Padahal, daerah sangat haus dengan gaya hidup yang baru,” ujar Geoffy Samuel, Head of Marketing Maxx Coffee. 
 
Sepintas, brand identity Maxx Coffee mirip dengan Starbucks, mulai dari corporate color hingga nama dari menu-menu yang disodorkan. Hanya saja, Maxx Coffee mengedepankan biji kopi asal Indonesia, seperti Aceh, Gayo, Kintamani, dan Malabar. Harganya pun 15%-20% lebih murah ketimbang Starbucks.
 
Selain Lippo, Trakindo Group juga melakukan langkah serupa. Melalui cucu usahanya PT Mega Mahadana Hadiya atau Mahadya Group (yang bernaung di bawah PT Mahadana Dasha Utama), perusahaan alat berat ini membuka sekaligus pemegang lisensi dari Caribou Coffee, kedai kopi asal Minneapolis, Amerika Serikat (AS).
 
Kedai kopi yang disebut-sebut sebagai pesaing Starbucks di Negeri Paman Sam itu telah memiliki 623 gerai di seluruh dunia. Dari angka itu, 403 gerai berada di AS, dan sisanya di 12 negara, termasuk Indonesia.
 
Mahadya rencananya akan mengembangkan ekspansi Carribou di kota-kota Indonesia, setelah gerai standing alone pertamanya hadir di Jalan Senopoti, Jakarta Selatan.
 
Selain Carribou, Mahadya juga menjadi pemegang lisensi beberapa waralaba internasional, seperti gerai burger Carl’s Jr. (Juli 2013) dan gerai Wingstop (2014). Perusahaan ini juga memiliki supermarket bernama Loka yang dikembangkannya sendiri dan baru memiliki empat gerai.
 
Selain nama-nama di atas, ada beberapa pemain kedai kopi yang cukup kuat ekspansinya, yaitu The Coffee Bean & Tea Leaf (Trans Food & Beverage), J.CO (Jhonny Andrean Group), Bengawan Solo, dan Anomali Coffee, hingga kedai kopi asal Thailand Black Canyon Coffee.
 
Lantas, yang mana kedai kopi favorit Anda?
 
 
Editor: Eko Adiwaluyo

    Related