Media Sosial Tangisi Kabar Vans Hengkang dari Indonesia

marketeers article

Belum lama ini, media sosial diramaikan oleh sebuah tagar #savevansindonesia, merek sepatu asal California, Amerika Serikat, yang segera hengkang dari Indonesia. Alasannya, distributor yang menaungi Vans di dalam negeri dinyatakan berstatus pailit.

PT Gagan Indonesia, distributor produk fesyen multinasional menerima status pailit atau bangkrut dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat lantaran tak menemui kesepatakan antara pihaknya dengan kreditur mengenai Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

“Sehingga menyatakan PT Gagan Indonesia dalam keadaan pailit demi hukum,” jelas Ketua Majelis Hakim PN Jakpus Endah Detty Pertiwi dalam amar putusan yang dibacakan, Rabu (25/5/2017).

Gagan yang juga merupakan distributor berbagai merek fesyen seperti Adidas, Bebe, Promod, Ted Baker, dan QuikSilver ini disebut memiliki utang kepada sekitar 50 kreditur sebanyak Rp 281,41 miliar.

Dikutip dari Kontan.co.id, Gagan Indonesia akan membayar utang-utangnya tersebut dengan mengklasifikasikan kreditur menjadi dua, yakni kreditur yang memiliki tagihan hingga Rp 100 miliar dan kreditur dengan tagihan di atas Rp 100 miliar.

Untuk kreditur yang memiliki tagihan hingga Rp 100 miliar akan dilunasi selama 20 tahun dengan dua grace period.

Sementara, kreditur dengan tagihan di atas Rp 100 miliar akan dibayar selama 30 tahun dengan tiga grace period. Adapun pihak yang menjadi kreditur Gagan Indonesia antara lain RSH Holdings sebesar Rp 201,34 miliar, PT Adidas Indonesia Rp 13,31 miliar, PT Quiksilver Indonesia Rp 7,05 miliar, dan Bank Standrad Chatered Indonesia sekitar Rp 28 miliar.

Menurut para kreditur, tawaran tersebut cukup lama dan tidak realistis. Gagan dinilai enggan mencari investor baru untuk melanjutkan usaha dan hanya mengandalkan aset perusahaan.

Padahal, total aset perusahaan diketahui hanya senilai Rp 80,3 miliar, dengan rincian Rp 51,21 miliar berupa barang inventori dan Rp 3,17 miliar berupa piutang.

Kabar Vans

Pailitnya PT Gagan Indonesia sebagai distributor membuat merek-merek yang menjadi mitranya dikabarkan akan menutup gerainya di Indonesia. Salah satunya adalah Vans.

Beberapa gerai Vans di Jakarta, seperti di Pondok Indah Mall 2, Plaza Senayan, Mal Kelapa Gading, dan Grand Indonesia telah resmi ditutup. Pantauan Marketeers.com, gerai Vans di Kota Kasablanka juga sudah tutup.

Sampai saat ini, belum ada keterangan resmi dari pihak Vans, apakah akan mencari mitra bisnis ritel baru atau memilih untuk tidak memiliki gerai offline di Indonesia.

Sampai berita ini diturunkan, akun resmi media sosial Twitter @VansOfficialID dan Instagram @Vans.Indo sejak 9 Mei 2017 tidak memberikan kabar terbaru kepada para pengikutnya. Hal tersebut semakin memperkuat dugaan para Vans Head (sebutan para penggemar Vans) bahwa merek sneakers tersebut akan mengakhiri bisnisnya di tanah air.

Publik yang bertanya-tanya dan menyayangkan kabar tersebut menunjukkan bahwa Vans memiliki advokasi merek yang kuat khususnya bagi konsumen muda. Meski hadir sejak tahun 1966, Vans sampai saat ini masih dapat menjadi merek sepatu yang relevan dengan kaum millennials.

Merek ini lahir pada Maret 1966 oleh tangan sang pendiri Paul Van Doren yang membangun perusahaan sepatu bernama Van Doren Rubber Co. Sejak awal berdiri, Vans diposisikan sebagai merek sepatu dan pakaian untuk para skatersnowboarder, pesepeda BMX, maupun peselancar.

Vans mengalami masa kejayaan pada dasawarsa tahun 70an hingga awal 80an lantaran penjualannya yang melesat. Namun memasuki tahun 1983, Vans terbelit masalah internal yang membuat mereka tidak mampu mengatasi utang. Perusahaan saat itu terpaksa berganti status menjadi “Perusahaan Bangkrut”.

Akan tetapi, lima tahun kemudian atau pada tahun 1988, Vans keluar dari belenggu utang dan melelang sahamnya kepada perusahaan investment banking. Semenjak itu, Vans kembali berjaya sebagai merek fesyen dunia.

Kini, publik tengah menunggu apakah Vans benar-benar akan tutup di Indonesia. Jika itu benar terjadi, hengkangnya Vans bukan menjadi kejadian perdana di tanah air. Sebelumnya, merek sepatu MacBeth juga menutup seluruh tokonya di Indonesia setelah pemilik tunggalnya menjual seluruh saham.

Di sisi lain, ada brand yang memilih untuk menarik penjualan produknya dari distributor yang pailit. Seperti yang dilakukan merek Quiksilver yang membentuk perusahaan PT Quiksilver Indonesia, dan memutus hubungan kerja sama dengan PT Gagan Indonesia.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related