Kim Ki-Chan: Tumbuhkan Engagement Pekerja via Humane Entrepreneurial Orientation

marketeers article

Manusia merupakan aset terpenting di dalam sebuah perusahaan. Engagement perusahaan dengan para pekerja pun hakikatnya berjalan beriringan. Distinguished Professor George Washington University Ki-Chan Kim meyakini performa perusahaan tak terlepas dari kondisi hubungan yang terbangun antara perusahaan dengan para pekerja di dalamnya. Berangkat dari Humane Entrepreneurship, seperti apa cara meningkatkan employee engagement melalui humane and entrepreneurial orientation?

Menurut Ki-Chan, Humane Orientation (HO) dan Entrepreneurial Orientation (EO) merupakan dua hal yang harus berjalan beriringan. “Dari sisi HO, para pekerja akan lebih terikat (engaged) dengan perusahaan ketika perusahaan lebih mengedepankan empowerment dibandingkan kontrol, memberdayakan dibandingkan merestrukturisasi, dan mengedepankan engagement dibandingkan indifferent,” jelas Ki-Chan di Jakarta, Selasa (10/07/2018).

Tidak hanya itu, poin HO lain yang perlu untuk dibangun perusahaan adalah membentuk fandom dibandingkan bertindak bagaikan kingdom.

“Berbeda dengan kingdom, ketika perusahaan berhasil membangun hubungan yang baik dengan pekerja maka kondisi ini akan membentuk para pekerja menjadi fandom alias penggemar yang mengabdikan diri mereka untuk mengagumi atau mengikuti perusahaan, maka secara jelas engagement yang terbangun akan lebih tinggi,” papar Ki-Chan.

Lepas dari HO, EO pun tak boleh dilupakan. “EO berkaitan erat dengan inovasi. Penting bagi perusahaan untuk memastikan budaya entrepreneurial dimiliki para pekerjanya karena hanya dengan HO saja tidak akan cukup untuk membangun perusahaan menjadi lebih baik, dan EO dimulai dari mimpi,” ujar Ki-Chan.

Dream become believe, belive become action, action become performance, and performance become destiny,” kata Ki-Chan.

Lebih dari itu, nilai lain dalam antara lain mengedepankan enthusiasm dibandingkan sikap reactive, berani bereksperimen dengan mengambil risiko, dan membuat sesuatu yang baru.

Editor: Sigit Kurniawan

Related