Kirab Kebo Bule, Ritual Sakral Keraton Solo

marketeers article

Banyak sekali daya tarik pariwisata di Indonesia. Salah satunya adalah soal kebudayaan yang sangat beragam dan otentik. Misalnya upacara malam satu Suro. Bagi masyarakat Jawa, malam satu Suro merupakan salah satu malam yang dianggap sakral dan keramat. Tidak heran jika setiap malam satu Suro, banyak orang yang melakukan ritual sebagai bentuk penghormatan pada semesta atau arwah nenek moyang.

Salah satu ritual malam satu Suro yang cukup terkenal dan sampai saat ini masih dipertahankan adalah Kirab Kebo Bule. Sebagai bentuk penghormatan kepada raja-raja terdahulu, Sultan Pakubuwono yang saat ini memimpin Keraton Surakarta secara rutin mengadakan ritual Kebo Bule setiap malam satu Suro.

Mengutip dari blog Airy, Keraton Surakarta sendiri merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram yang sampai saat ini secara administratif memimpin Solo. Pecahan lainnya merupakan Keraton Jogjakarta yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono.

Kirab untuk Mengenang Sultan Agung

Kirab Kebo Bule pada dasarnya merupakan pawai sekelompok kerbau yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Kerbau-kerbau tersebut merupakan keturunan Kyai Slamet, seekor kerbau albino (bule) pemberian Bupati Ponorogo kepada Sultan Pakubuwono II yang waktu itu masih memimpin di Kartasura.

Sejak pindah ke Surakarta (dikenal juga dengan Solo), Kyai Slamet menjadi hewan kesayangan Sultan. Karena itulah hewan ini dan keturunannya dianggap keramat dan memiliki keistimewaan sendiri di hati masyarakat Surakarta. Ritual Kebo Bule biasanya diawali dengan pembacaan doa oleh para abdi dalem Keraton.

Setelah memanjatkan doa, para abdi dalem akan menyebar singkong dan kembang tujuh rupa untuk menyambut sekelompok kerbau albino keturunan Kyai Slamet. Biasanya kirab akan dimulai jika kerbau-kerbau tersebut mau keluar kandang. Bila belum mau, tidak ada satu orang pun yang diperbolehkan untuk memaksa.

Karena para abdi dalem dan punggawa Keraton Surakarta mengeramatkan hewan ini dan memperlakukannya seperti pangeran. Begitu kerbau keluar kandang, para abdi dalem akan memberikan penghormatan dan menyambut kerbau dengan mengalungkan untaian melati serta kembang kantil.

Begitu gerombolan kerbau tersebut berjalan keluar kompleks Keraton, maka prosesi kirab pun secara resmi telah dimulai. Biasanya saat itu para kerbau akan didampingi oleh srati (pawang) yang berbaju putih. Mereka akan berjalan di barisan terdepan diikuti oleh para punggawa dan abdi dalem yang menbawa tombak dan koleksi pusaka milik Keraton.

Saat kirab, jalanan di sekitar Keraton Surakarta biasanya sudah dipenuhi oleh penduduk yang ingin melihat kebo bule dari dekat. Beberapa bahkan ada yang mencoba menyentuh kerbau tersebut karena percaya ada keberkahan yang akan didapat. Tetapi aksi ini akan dihalau oleh para srati untuk mencegah kerbau bertindak agresif.

Ritual Kirab Kebo Bule sebenarnya tidak hanya diadakan sebagai peringatan datangnya tahun baru Jawa, tetapi juga penghormatan kepada Sultan Agung. Sultan Agung merupakan raja ketiga yang memerintah Kerajaan Mataram pada tahun 1613-1645.

Di bawah pemerintahan beliau, Mataram yang awalnya merupakan kerajaan Hindu berkembang menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di Nusantara pada masanya. Kalender Jawa yang sekarang digunakan merupakan karya besar Sultan Agung yang diadaptasi dari penanggalan Hijriyah.

Selain menarik bagi warga setempat, ritual ini juga menjadi salah satu daya tarik Solo yang membuat wisatawan domestik dan asing mengunjungi kota ini. Jika kamu tertarik, jangan ragu untuk memesan akomodasi dan tiket pesawat ke Solo menjelang liburan ini.

Airy pun menawarkan paket penerbangan yang cukup menarik dengan beragam fitur. Layanan refund dan reschedule adalah beberapa di antaranya yang berlaku untuk semua maskapai penerbangan ke Solo, termasuk tiket Citilink bisa Anda pesan dengan mudah di Airy

Jadi, sudah siap melihat ritual Kebo Bule dari dekat dan merasakan langsung kearifan lokal Keraton Surakarta yang memesona?

Related