Kisah Om Pink, Bangun Diferensiasi Otentik dengan Kebudayaan Pontianak

marketeers article
Om Pink Pontianak

Banyak kisah para pengusaha yang menginspirasi dan bisa dijadikan contoh. Tidak melulu yang sudah besar, para pengusaha yang tengah bertumbuh pun punya cerita menarik dan penuh wawasan. Seperti kisah Om Pink, pelapak di Bukalapak yang sukses memasarkan ragam kebudayaan Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Seperti apa kisahnya?

Perjalanan Om Pink di Pontianak bermula pada bulan Agustus tahun 2000. Bermodalkan latar pendidikan di dunia pariwisata, pria bernama asli Muhammad Syafril ini memulai karirnya di radio. Sampai tahun 2002, ia memegang posisi sebagai station manager Pro 2 Radio Republik Indonesia (RRI).

Di samping itu, pria penggemar fotografi ini pun menjalankan karirnya sembari berburu foto hingga dipercaya oleh Yamaha sebagai fotografer motor-motor Yamaha. Merasa ingin membuka usaha sendiri, petualangan berwirausaha Om Pink pun dimulai tahun 2007.

Beragam usaha digelutinya. Mulai dari bisnis warnet, berjualan pempek hingga kini sukses di bisnis kerajinan Pontianak. “Saya sangat suka dengan local content sebuah daerah. Bukan sekadar budaya, tapi local content unik, otentik dan menarik untuk dipasarkan,” jelas Om Pink.

Om Pink pun memulai bisnis baju-baju tradisional bermotif khas Kalbar. Hingga ia bertemu dengan Bukalapak pada tahun 2016. Sembari masih berjualan pempek secara offline dan online, Om Pink pun melihat sebuah potensi bisnis yang menarik dari topi Melayu bernama Tanjak, baju kemeja corak insang, corak khas Pontianak, dan celana sarung khas Kalbar dengan corak Dayak dan insang.

Membidik pasar menengah atas, produk-produknya dijual mulai dari harga Rp 150 ribu. Meski sudah berjualan online, produk yang ia beri label Om Pink juga aktif dipasarkan di acara-acara kebudayaan di Pontianak, termasuk masuk ke pasar pemerintahan.

Aktif di gerakan dakwah, produknya pun kian populer di kalangan pemuka agama. Beberapa pemuka agama kondang pun menjadi konsumennya, seperti Arifin Ilham, Abdul Somad, Bachtiar Nasir dan yang lainnya. Sejak saat itu, Tanjak buatan istrinya yang warga asli Pontianak, semakin populer.

“Pasarnya semakin luas ketika masuk ke online. Seperti di Bukalapak, produk-produk saya semakin diserap oleh pasar dan mudah dijangkau secara nasional. Konsumsinya pun bukan hanya untuk seremonial, tetapi menjadi tren di kalangan anak muda,” tutupnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related