Kombinasi Digital dan Konvensional Marketing Jadi Andalan Aldebaran Group di Serpong

marketeers article
39380580 real estate agent handing over a house key, desktop with tools, wood swatches and computer

Berhasil membukukan penjualan 92% dari total 1.000 unit apartemen dan melakukan penyerahan kunci tepat waktu, menjadi kesuksesan Aldebaran Group di proyek pertamanya, Roseville SOHO & Suite di wilayah CBD BSD City, Serpong. Menurut pengamat dan konsultan bisnis properti Lily Tjahnadi pencapaian ini terbilang sulit. Lantas, apa kunci suksesnya?

“Kunci utama menjual sebuah apartemen di wilayah Serpong adalah produk yang unggulan yang benar-benar beda. Sementara banyak follower yang tidak berhasil,” ujar Lily saat ditemui di Roseville Serpong beberapa hari lalu.

Rooseville sendiri dibangun sebagai hunian multifungsi dengan fasilitas bintang lima. Lokasi yang ditawarkan pun strategis, di pusat bisnis di wilayah BSD City, Serpong. Bermodal apa yang ditawarkan, Roseville diklaim selalu berhasil menjual unitnya tiap bulan. “Kuncinya adalah harus mengerti siapa konsumen Anda dan konsep apa yang pas untuk mereka,” lanjut Lily.

Direktur Aldebaran Group Fanciscus Lugito memaparkan bahwa konsep yang bagus saja tidak cukup. Butuh konteks atau cara penyampaian yang tepat juga. Untuk merespons karakter konsumennya, komunikasi Roseville dibangun melalui publikasi media dan komunikasi melalui media sosial.

“Kami yang menyasar ke millennials sebagai target pasar, fokus komunikasi kami ke ranah digital. Mulai dari digital ads hingga aktivasi media sosial, seperti search (Google) Facebook dan Instagram. Ini yg paling kami andalkan,” jelas Franciscus.

Setelah dikomunikasikan, Frans mengerahkan tim penjualan mereka melalui direct selling. Tim penjualan pun dibangun bukan sekadar giat berjualan saja, tapi juga mengenal siapa konsumen mereka. “Direct selling di tempat kami berjalan sangat baik. Selain itu kami juga masih menggunakan beragam jalur konvensional seperti ikut pameran di mal-mal dan menggunakan jasa agen properti,” imbuh Frans.

Editor: Sigit Kurniawan

Related