Konsistensi Bisnis Makanan Tidak Hanya Pada Rasa

marketeers article
35702711 assorted sushi platter on a square plate

Bisnis kuliner merupakan salah satu jenis bisnis yang paling laris manis. Banyak pelaku bisnis baik yang sudah senior dan junior mencoba peruntungan di bisnis satu ini. Namun, menurut Kusnadi Rahardja selaku President Director Boga Group, penting bagi pelaku bisnis mempunyai karakter masing-masing.

“Kami di Boga Group ingin memberikan new dining experience, kami tidak mau sekadar meniru,” terang Kusnadi.

Kusnadi memberikan contoh ketika tren ngopi di kafe muncul, Boga Group meluncurkan Bakerzin. Namun, ia menyadari bila hanya sekadar menjual kopi tentu saingannya sudah melakukan hal yang sama. Oleh sebab itu, Bakerzin hadir dengan menonjolkan produk dessert dan cake.

Bicara sushi, tentu tidak lepas dari nama Sushi Tei. Kusnadi mengakui bahwa Sushi Tei bukan restoran sushi pertama di Indonesia. Namun, ia menilai ada keunikan dari Sushi Tei yang tidak dimiliki oleh restoran sushi lain kala itu. Sushi Tei merupakan pionir restoran sushi yang menampilkan conveyor belt dan dapur di tengah-tengah restoran.

“Tidak harus selalu baru, tapi harus berbeda dari yang lain. Kami juga meluncurkan Sushi Kiosk yang ready to eat di kawasan bandara, produk kami rancang tidak menggoyang satu sama lain. Tiap brand kami ambil apa yang menjadi ciri khas-nya. Kalau tidak seperti itu tidak dapat memperkaya khazanah dunia kuliner,” jelas Kusnadi.

Baginya, bertarung dalam bisnis kuliner membutuhkan konsistensi. Tidak hanya rasa, presentasi dan tampilan makanan menurutnya harus sama antarcabang. Selain produk, layanan dan sapaan yang diberikan juga memperlukan konsistensi. Tentunya hal ini bertujuan agar konsumen merasa nyaman di mana pun mereka menyantap makanan tersebut.

“Kembali lagi tidak boleh terlalu baku. Kualitas layanan harus konsisten, konsumen datang dengan harapan akan mendapat kualitas akan service dan value of money,” pungkas Kusnadi.

Editor: Sigit Kurniawan

Related