Konsumen Indonesia Ganti Notebook Bisa Sampai Lima Tahun Sekali

marketeers article
55476510 hong kong may 5, 2015: interior of apple store. apple inc. is an american multinational technology company headquartered in cupertino, california, that designs, develops, and sells consumer electronics, computer software, and online services.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa penetrasi pasar PC seperti notebook dan desktop sudah tidak secerah sekitar satu dekade lalu. Perangkat bernama smartphone dianggap sebagai primadona baru elektronik berkat berbagai fungsi dan keringkasannya.

PC, terutama notebook sudah sangat jamak digunakan publik namun pasarnya tidak sedinamis smartphone. Bayangkan, rata-rata dalam tiga sampai enam bulan konsumen Indonesia berganti smartphone. “Kalau ganti PC bisa sampai empat sampai lima tahun,” ujar Country Manager Intel Indonesia Harry Nugraha di Jakarta pada Selasa (14/3) 2017.

Tidak heran pada 2016 lalu penjualan PC di Indonesia turun 12%. Walau begitu, pasarnya diprediksi membaik kembali tahun ini. Untuk itu Intel tetap percaya diri dengan merilis prosesor terbaru generasi ketujuh bernama Kaby Lake di awal tahun ini di Indonesia.

Menurut Harry, memang kebiasaan konsumen Indonesia berganti PC dalam jangka waktu lama berdasarkan pemikiran bahwa perangkat lama mereka pun masih bisa melakukan banyak hal. Terutama untuk mereka yang menggunakannya untuk kegiatan di luar gaming maupun desain yang membutuhkan spesifikasi berat dan up to date.

Namun kenyataan bahwa masyarakat tidak bisa lepas dari perangkat PC dalam kehidupan sehari-hari menjadi salah satu alasan Intel tetap yakin. “Bisa bertahun-tahun atau bahkan tidak ganti sama sekali. Tapi bagi yang kemudian mengganti dengan notebook baru, akan mendapatkan banyak hal yang mereka tidak bisa lakukan dengan barang lama mereka. Terutama ketika notebook barunya menggunakan prosesor terbaru,” promo Harry.

Pria berkacamata tersebut lalu membandingkan dan membeberkan benefit mengganti notebook lama dengan baru. Notebook lama mungkin bisa saja melakukan banyak hal di era sekarang namun lebih lambat. Lebih lanjut lagi, menilik kemampuan daya tahan baterai di mana notebook beberapa tahun lalu tidak sebagus notebook sekarang ini.

Dari segi ukuran juga produk lama rata-rata jauh lebih lama dan besar. Jadi Harry menilai dari segi efisiensi jauh lebih menguntungkan jika mengganti dengan notebook baru. Belum lagi kebutuhan multimedia seperti menonton video lewat internet seperti Youtube, semakin hari membutuhkan spesifikasi grafis bagus. Apalagi Youtube mulai bisa dinikmati dengan kualitas 4K.

Makanya Harry tidak setuju bahwa mengganti notebook baru dengan grafis jauh lebih baik pasarnya niche untuk kalangan tertentu saja. Semisal gamer berat maupun desainer. “Saya setuju memang kalau game mania pasti selalu membutuhkan PC dengan spesifikasi tinggi. Tapi kasual gamer juga nyatanya butuh update karena notebook lama mereka sudah tidak capable lagi. Untuk sekelas casual game, lho ya. Jadi dari sisi hiburan pun pasti akan ada dorongan untuk mengganti notebook,” sambung Harry.

Mungkin pasar yang masih besar untuk segmen PC end to end user alias consumer menurut Harry ada di sektor pendidikan. Ia melihat bahwa tren tugas-tugas anak SD sekarang membutuhkan perangkat seperti notebook mumpuni. “Sekarang kan anak SD sudah harus edit video. Belum lagi ketika mereka buat laporan. Butuh notebook kan. Itulah pasar consumer yang kita masih bisa sasar,” sambung Harry lagi.

Belum lagi dari pasar korporasi, terutama sektor komersial. Di mana biasanya sektor ini masih membutuhkan perangkat PC untuk kebutuhan dan operasional harian. Pasar-pasar tersebut masih sangat potensial bagi Intel.

Biar begitu, Harry tidak ingin terjebak oleh potensi tersebut saja. Intel juga diklaim terus mengikuti tren teknologi terbaru. Terutama jika melihat dari sisi perangkat. Sebagai perusahaan penyedia prosesor, yang sedianya bisa dipasang di perangkat elektronik yang membutuhkan kemampuan memproses data sampai grafis. Perangkat yang dalam waktu dekat akan meluncur bersamaan dengan prosesor Intel salah satunya wearable device.

Lalu sebenarnya seperti apa prosesor keluaran terbaru Intel tersebut? Kaby Lake ditenggarai mampu menghasilkan grafis lebih baik dari generasi-generasi sebelumnya. Bahkan Harry menyatakan bahwa untuk bermain game kekinian yang membutuhkan spesifikasi grafis cukup tinggi, konsumen tidak perlu menggunakan kartu grafis tambahan lagi.

Cukup lewat kartu grafis bawaan prosesor Kaby Lake, bermain game sudah cukup nyaman. Selain itu Intel ingin coba menjangkau para penikmat multimedia terutama video, di mana Kaby Lake sudah mampu memproses video dengan kualitas 4K tanpa lag.

“Dari segi baterai juga lebih awet. Terobosan kami yang lain adalah prosesornya secara ukuran sudah jauh lebih mikro sehingga bisa dipasang di notebook-notebook dengan form factor tipis. Acer, ASUS, Dell, sampai Lenovo sudah memiliki produk berbasis prosesor Kaby Lake di perangkat mereka,” tutup Harry.

    Related