Korea dan India Jadi Negara di Asia yang Paling Getol Bikin Konten Video

marketeers article
Focus on camera shooting man who is cooking at home for tv show

Pengeluaran konten TV, film, dan video online di India, Korea, dan lima pasar Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam) naik 8% pada tahun 2017 atau mencapai US$ 10,2 miliar, menurut Asia Video Content Dynamics 2018, yang diterbitkan Media Partners Asia (MPA).

Kenaikan terbesar berasal dari India, di mana anggaran konten video melonjak 14% menjadi US$ 4,2 miliar pada tahun lalu. Di sisi lain, Korea Selatan mencatatkan adanya peningkatan investasi konten video sebesar 7% selama setahun terakhir hingga mendekati US$ 3 miliar.

Berdasarkan laporan yang sama, pertumbuhan konten video di tujuh pasar tersebut pada tahun lalu didorong oleh konten yang ada di TV berbayar (38%) dan video online (30%).

Wakil Presiden MPA Stephen Laslocky mengatakan, investasi konten secara umum mengalami dinamika. Biaya konten TV berbayar di pasar yang disurvei naik 5%, yang dipimpin oleh India dan Korea. Ini didorong oleh konten hiburan dan olahraga lokal.

Investasi konten free-to-air naik 6% pada tahun 2017. Pertumbuhan investasi konten di TV gratis tersebut sebagian besar terjadi di Korea, Filipina, Thailand dan Indonesia, serta didorong oleh hiburan lokal.

Anggaran produksi film di pasar yang disurvei naik 10%, didorong oleh Korea dan India. Investasi video online berkembang pesat dengan naik hampir 80% selama tahun 2017.

“Kami berharap investasi konten video online juga akan meningkat di pasar negara berkembang di Asia Tenggara, yang dipimpin oleh Indonesia dan Filipina.”

Investasi konten video tumbuh 14% di India pada tahun 2017, didorong oleh TV berbayar. Investasi konten di pasar video online di negeri ini juga berkembang pesat, didorong oleh persaingan antara platform global dan lokal. Tren ini harus berlanjut selama tiga tahun ke depan.

Sementara, investasi konten video di Korea meningkat 7% pada tahun 2017, meskipun pertumbuhan kemungkinan akan meningkat ketika China mau mencabut larangan menanyangkan drama dan film Korea.

Sementara itu, Malaysia mengalami penurunan dalam investasi konten video pada tahun 2017, terutama karena Astro lebih banyak menayangkan saluran internasional.

Penurunan iklan TV terestrial juga mengekang kemampuan salah satu perusahaan media setempat yaitu Media Prima untuk berinvestasi dalam konten. Meski begitu, Malaysia masih memiliki prospek cerah di industri konten karena kebijakan pemerintah barunya yang berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan belanja konsumen.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related