Laba Bersih 2017 Naik 39,6%, Apa Strategi Adira Finance di 2018?

marketeers article

Tahun lalu, kondisi ekonomi Indonesia menunjukkan daya tahan sebagaimana dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Tahun 2017, pertumbuhan ekonomi menjadi 5,07% dibanding tahun sebelumnya yang di angka 5,02%. Penjualan kendaraan bermotor domestik yang merupakan indikator permintaan konsumen Tanah Air juga mulai menunjukkan indikasi membaik.

Berdasarkan data AISI, jumlah penjualan sepeda motor baru secara nasional pada tahun 2017 mencapai 5,89 juta unit. Hanya turun sedikit (1%) atau flat dibandingkan tahun 2016 yang sejumlah 5,93 juta unit setelah 2 tahun berturut-turut mengalami penurunan penjualan. Sementara itu, penjualan mobil baru secara wholesales lebih kuat dalam pertumbuhannya yang didorong oleh meningkatnya penjualan kendaraan komersial sebesar 17%. Pada tahun 2017, penjualan nasional tercatat tumbuh 2% menjadi 1,08 juta unit dari 1,06 juta unit pada tahun 2016.

Kondisi-kondisi tersebut di atas secara langsung berdampak pada kinerja industri pembiayaan. Para pemain di industri ini berhasil menutup tahun lalu dengan cukup melegakan. Seperti halnya yang dialami oleh PT Adira Dinamika Multi Finance atau Adira Finance. Perusahaan ini berhasil mengucurkan pembiayaan total sebesar Rp 45,2 triliun atau tumbuh 2% dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kami berhasil menutup tahun 2017 dengan mencatatkan pertumbuhan pada penyaluran pembiayaan baru meskipun pasar otomotif masih mengalami tekanan. Kami membukukan pembiayaan baru sejumlah Rp 32,7 triliun atau naik 6% dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Hafid Hadeli, Direktur Utama Adira Finance.

Ia menambahkan, pada tahun 2017, Adira Finance mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1.409 miliar, naik 39,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.009 miliar. Kenaikan laba bersih ini terutama didorong oleh pertumbuhan pada pendapatan bunga karena pertumbuhan pada penyaluran pembiayaan baru dan penurunan biaya pendanaan. Secara keseluruhan, total pendapatan Perusahaan tercatat tumbuh 8,6% menjadi Rp 9,1 triliun pada tahun 2017. Sementara itu, total beban mencatatkan kenaikan sebesar 4,7% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 7,0 triliun.

Adira Finance juga telah menyalurkan pembiayaan untuk hampir 1,7 juta kontrak baru di tahun lalu. Nilai total kucuran baru itu mencapai Rp 32,7 triliun. Dari jumlah kontrak tersebut, terdapat 665 ribu unit sepeda motor baru dan 48 ribu unit mobil baru yang dibiayai Adira Finance.  “Ini memberikan pangsa pasar bagi Perusahaan sebesar 11,3% untuk sepeda motor baru dan 4,4% untuk mobil baru,” tambah Hafid.

Lebih lanjut, portofolio sepeda motor adalah sejumlah Rp 18,1 triliun, mobil sejumlah Rp13,8 triliun dan barang rumah tangga (durables) sejumlah Rp 834 miliar. Dengan demikian, pembiayaan sepeda motor merupakan kontributor utama pembiayaan baru kami, yakni sebesar 55%, diikuti oleh pembiayaan mobil sebesar 42% dan sisanya adalah barang-barang rumah tangga (durables). “Pendorong pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang terbesar adalah pada produk sepeda motor bekas dan mobil baru,” jelas Hafid Hadeli.

Bagaimana strategi Adira Finance di tahun ini? Beberapa strategi yang akan dilanjutkan pada tahun 2018 ini antara lain mendorong pertumbuhan pada pembiayaan non-otomotif, namun pada saat yang sama pembiayaan otomotif tetap menjadi bisnis utama Perusahaan. Dalam menyediakan produk pembiayaan non-otomotif, Perusahaan bekerja sama dengan rekan- rekan usaha seperti agen perjalanan dan retailer furniture serta elektronik.

Dengan demikian, Adira Finance dapat menyediakan produk dan pelayanan yang beragam, sesuai dengan siklus kehidupan pelanggan. Perusahaan juga ingin memberikan pengalaman yang menguntungkan dan bersahabat, salah satunya dengan terus berinovasi dalam teknologi demi memberikan kenyamanan bagi konsumen. “Pada bulan November 2017 lalu, Adira Finance meluncurkan aplikasi momobil.id, sebuah market place untuk jual beli dan pembiayaan mobil bekas,” pungkasnya.

    Related