Lawan Hoax Seputar Pilkada, Google Gandeng Media dan Jurnalis

marketeers article
91014884 man on the coast using his smartphone to read fake news. all screen graphics are made up.

Penyebaran informasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam demokrasi. Informasi yang benar dan baik akan menjadi penyokong demokratisasi tersebut. Sebaliknya, informasi yang palsu dan bersifat menghasut berpotensi merusak demokratisasi. Hal ini juga yang disadari oleh Google dalam upayanya mendukung Indonesia dalam demokratisasi ini.

Dalam waktu 12 bulan ke depan, tiga negara demokrasi terbesar di dunia akan melakukan pesta demokrasi bagi rakyatnya. Pemilu Nasional dan Negara bagian di India, Pilkada di Indonesia, dan Pemilu Sela di Amerika Serikat.

Google News Initiative dan News Lab  bekerja sama dengan para jurnalis untuk melawan penyebaran misinformasi untuk mendukung para pemilih dalam menunaikan hak pilihnya.

Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia memiliki pemilih yang antusias dan dinamis, di mana hampir 70 persen pemilih menggunakan hak pilihnya di Pilpres 2014. Pada tanggal 27 Juni 2018 ini, Indonesia akan kembali menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada, untuk memilih para perwakilan daerah di berbagai penjuru Indonesia, sembari masyarakat Indonesia menyambut Pemilihan Presiden pada tahun 2019.

Dengan datangnya Pesta Demokrasi di Indonesia, ‘Fake News’ alias berita palsu dan hoax hampir selalu hadir pada pemilihan penting, mengeksploitasi  perbedaan latar belakang agama dan suku yang masih selalu jadi perdebatan di negeri ini.

Dewan Pers Indonesia telah menyerukan kepada semua pihak untuk waspada terhadap “media massa palsu atau yang tidak terverifikasi,” yang bertujuan untuk menebar hoax di saat Pemilu.

Bekerjasama dengan Internews dan AJI (Aliansi Jurnalis Independen), Google News Lab meluncurkan jaringan pelatihan yang berfokus pada upaya periksa fakta dan verifikasi, yang akan melatih 1.800 jurnalis sampai dengan akhir tahun ini. Pelatihan akan diadakan dalam Bahasa Indonesia oleh jurnalis lokal, menggunakan kurikulum yang dibuat bersama dengan partner di Indonesia dengan panduan dari First Draft dan Storyful.

Untuk mendukung hal tersebut juga, 5 Mei 2018 yang lalu, 22 perusahaan media yang mencakup semua media massa lokal dan nasional terbesar meluncurkan inisiatif CekFakta, sebuah upaya kolaborasi (gotong royong) untuk melakukan verifikasi dan melawan hoax, bersama dengan Google News Initiative,  Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Internews, dan  Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).

Kolaborasi yang terinspirasi dari proyek Crosscheck di Perancis yang juga didukung oleh Google ini merupakan “kerjasama yang belum pernah terjadi sebelumnya” antara perusahaan media di Indonesia, yang juga menandai “era baru  jurnalisme digital” di negeri ini, menurut The Jakarta Post.

“CekFakta adalah bukti bahwa ekosistem anti-hoax di Indonesia berkembang dengan cepat dan siap untuk melawan hoax dan disinformasi yang menyebar di dua ajang Pemilu mendatang”, kata Wahyu Dhyatmika, Sekjen AMSI dan Pemimpin Redaksi Tempo.co. “Ini menunjukkan bagaimana para perusahaan media, masyarakat sipil, dan jurnalis, dengan dukungan dari Google News Initiative, bisa bekerjasama untuk menghadapi tantangan ini bersama-sama,” tambah Wahyu.

Google dan para pendiri CekFakta sebelumnya telah menggelar acara “Trusted Media Summit” di Indonesia, yang merupakan pelatihan anti-hoax berskala besar selama dua hari dengan dukungan dari jaringan training Google News Initiative di Indonesia.

“Energi luar biasa dari demikian banyak peserta di acara Trusted Media Summit ini sungguh memberikan semangat besar bagi kita,” kata Anita Wahid, penasehat Mafindo dan putri dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid.

“Kita melihat begitu banyak orang di sini yang saling bekerjasama, bergandengan tangan, menumbuhkan harapan bersama-sama. Kini kita yakin bahwa kita bisa mengatasi masalah hoax ini bersama-sama.”

    Related