Lazada: Masyarakat Sisihkan 10% Pendapatan Untuk Belanja Online

marketeers article
14636724 close-up of a keyboard with the enter key replaced with a shopping cart icon. e-commerce concept

Memberi kado untuk orang terdekat di hari spesial sangat lumrah dilakukan. Hal itu sudah membudaya secara global. Yang membedakannya adalah behaviour tiap masyarakat berbeda-beda dalam menyikapi soal memberi atau diberi hadiah. Hal tersebut tentu saja menarik jika disajikan dalam sebuah survei, tidak terkecuali oleh pemain e-commerce Lazada.

Salah satu yang menjadi fokus survei yang mereka lakukan adalah seperti apa behaviour masyarakat Indonesia sebelum membeli hadiah. Terutama setelah ranah kehidupan masyarakat sudah benar-benar terdisrupsi oleh internet. Apa-apa sekarang sudah sangat digital, termasuk mencari sampai membeli barang untuk diberikan kepada orang terkasih.

“Menurut survei kami, sekitar 95% orang Indonesia mencari inspirasi barang seperti apa yang akan dibeli di internet. Lalu sekitar 75% membeli hadiah sekitar seminggu sebelumnya,” ujar co-CEO Lazada Indonesia Florian Holm di Jakarta pada Rabu (15/3) 2017.

Behaviour ini tentu saja berbeda dibanding dengan masyarakat luar. Di beberapa negara barat misalnya, membeli hadiah bisa dilakukan sesaat sebelum diberikan. Misal di perjalanan seseorang mampir ke toko dulu, setelah sampai di tempat tujuan baru diberikan. Tidak ada yang spesial. Namun berbeda dengan orang Indonesia.

Buat mereka sebuah kado atau hadiah haruslah merepresentasikan penghargaan terbaik. Maka tidak heran berpikirnya pun lama. Menurut Florian, semakin muda usia seseorang, semakin mahal hadiah semakin bagus.

“Terutama bagi wanita usia muda di bawah 18 tahun. Lebih dari 50% ingin memberikan hadiah terbaik dan semakin mahal semakin bagus. Dan yang unik ketika kami survei hadiah apa yang masyarakat Indonesia inginkan, mayoritas ingin gadget,” sambung Florian.

Baik perempuan maupun pria senang jika ada yang memberi mereka hadiah gadget semisal smartphone. Menurut survei, sekitar 79% pria senang diberi hadiah gadget, sementara perempuan ada di angka 62%. Artinya lebih dari setengah responden sangat menyukai diberi gadget.

Yang unik adalah walau mayoritas mencari via online, yang bisa diakses kapan saja via mobile maupun perangkat seperti lain seperti notebook, orang Indonesia ternyata lebih senang mengeksekusi barang yang ia mau di rumah. Sekitar 82% responden ternyata lebih suka membeli hadiah via online di rumah walau bisa mencari lewat internet di manapun.

“Buat mereka lebih nyaman membeli di rumah. Mungkin bisa berpikir lebih tenang dan hasilnya bisa maksimal, termasuk soal keamanan,” sambung Florian lagi.

Ritel ke Marketplace

Dilihat dari kebiasaan membeli hadiah online ini, Lazada Indonesia punya hasil survei lain. Menyadur dari Kementerian Komunikasi dan Informatika bahwa jumlah pengguna internet pada 2016 lalu saja mencapai 102,8 juta. Menyambung dari situ, artinya belanja online sudah mulai menjadi hal jamak yang dilakukan. Survei Lazada menyatakan bahwa orang Indonesia menyisihkan sekitar 10% dari pendapatannya untuk belanja online.

Maka dari itu Lazada Indonesia ingin mencoba menangkap hasil temuan itu dengan meraup lebih banyak perhatian konsumen untuk belanja di platform mereka. Termasuk momen menyambut hari jadi Lazada ada di Indonesia yang memasuki tahun kelima. Pada 21 sampai 23 Maret 2017 mendatang Florian menjanjikan bahwa akan ada diskon dan flash sales besar-besaran. “Salah satunya diskon barang-barang best seller sampai 70%,” promonya.

Memasuki tahun kelimanya di Indonesia, di masa saat ini di belakang mereka berdiri Alibaba dari Tiongkok sebagai investor raksasa, Lazada Indonesia tampak fokus di sektor UKM. Artinya skema bisnis mereka yang pada awalnya ritel online kini menjadi semakin fokus di ranah marketplace. Menurut Florian, perubahan fokus itu terjadi pada 2013 alias setahun setelah mereka hadir di sini.

Namun walau jumlah UKM di Indonesia menurut berbagai sumber mencapai lebih dari 50 juta, Florian mengakui tetap ada tantangan untuk membuat mereka masuk ke ranah online. Platform jualan online seperti Lazada belum memiliki awareness cukup tinggi. Padahal sejatinya jika UKM sudah menyentuh online dan masuk ke ranah marketplace, otomatis pasar mereka membesar.

Selain itu Lazada Indonesia juga menjanjikan para penjual bisa menjangkau pasar lebih luas sampai ke mancanegara. Pasalnya Lazada sendiri sudah ada di enam negara Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura, Filipina, termasuk Indonesia.

Di negara ini investasi mereka walau secara nominal tidak pernah dipublikasikan, sudah ada tiga fullfilment center atau warehouse didirikan Lazada. Warehouse atau gudang-gudang itu digunakan Lazada untuk menampung stok barang jualan mereka, yaitu di Jakarta, Medan, dan Surabaya.

“Tapi belum ada rencana lagi dari kami untuk tambah warehouse. Selain fokus di marketplace, kami ingin operasional juga ditingkatkan terutama soal masalah logistik,” tutup Florian.

    Related