Lewat Cuci Sepatu, Raih Omzet Rp 50 Jutaan Tiap Bulan

marketeers article
50633958 sneakers with filter effect retro vintage style

Sebagai penyedia jasa pembersih sepatu, Shoe Bible, berusaha mengakali biaya produksi dengan menyewa sebuah outlet di Pasar Santa. Pertimbangan memilih tempat itu lantaran sewa yang lebih murah dibanding di mall. Dengan mencari lokasi yang sewanya murah, Shoe Bible bisa menawarkan harga yang sepantasnya.

“Kami melihat ada peluang dan ada gap antara layanan yang mahal dan murah. Kami ingin harga yang affordable serta memberi tahu konsumen bahwa selama proses pembersihan sepatunya akan di-treatment seperti apa,” jelas Yenda Handriaman pemilik Shoe Bible.

Yenda menceritakan awal mula membangun Shoe Bible modal yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 40 juta. Menurutnya, dana tersebut habis digunakan untuk kontrak tempat, renovasi, dan pengembangan produk cairan pembersih. Beruntungnya, modal tersebut sudah kembali dalam waktu dua bulan. Memasuki bulan ketiga, Shoe Bible sudah berhasil meraup untuk sebanyak Rp 11 juta per bulan. Saat ini, omzet yang diperoleh oleh Shoe Bible tiap bulannya mencapai Rp 48 juta hingga Rp 52 juta.

shoebible-5
Yenda Handriaman, Founder Shoe Bible

Hingga kini Shoe Bible sudah memiliki 12 cabang yang tersebar di tiga kota, yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Padang. Di Jakarta, Shoe Bible memiliki sembilang cabang di beberapa wilayah. Shoe Bible berhasil melakukan ekspansi dalam kurun waktu kurang dari setahun. Setiap bulannya, Shoe Bible bisa melakukan total proses pencucian sepatu hingga 800an pasang di seluruh cabang.

Yenda menyoroti bahwa sebagai pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), masalah dana masih menjadi momok nomor satu. Walaupun saat ini sudah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan sebagainya, prosesnya masih dirasa sulit dan rumit. Belum lagi risiko yang akan dihadapi juga cukup mengkhawatirkan. Dirinya juga tidak menampik bahwa saat ini banyak sistem yang bisa diandalkan para pemain, seperti investor, crowdfunding, dan incubator. Namun, dia mengingatkan harus hati-hati dalam memilih mitra.

“Tidak semua itu benar. Banyak yang kasih pinjaman dan pelatihan tapi belum tentu cocok dengan visi dan misi kami sebagai wirausaha. Banyak juga yang sengaja bikin pertumbuhan cepat terus valuasinya asal-asalan dan meleset,” terang Yenda.

Related