Lewat Aplikasi Neetip, Bisa Titip dan Berelasi

marketeers article

Apakah Anda pernah minta tolong nitip sesuatu ke teman, keluarga, atau kerabat? Rasanya, sebagian besar orang Indonesia pernah dan sering melakukannya, dari hal kecil titip beli makan siang hingga titip dibeliin oleh-oleh dari teman yang baru bepergian. Bisa jadi, kebiasaan menitip ini hanya umum terjadi di budaya Timur, khususnya Indonesia.

Soal titip menitip ini, ada beberapa fakta yang sering terjadi, misalnya, terjadi pada orang sudah saling kenal. Tidak semua orang yang mengiyakan permintaan untuk dititipi. Tidak semua orang juga yang bersedia dititipi benar-benar tulus menjalaninya, apalagi mendadak. Lalu, jarang sekali orang yang justru menawarkan diri untuk menerima titipan.

Nah, bagaimana bila ada kapitalisasi dalam urusan titip-menitip ini, sehingga memberikan keuntungan ekonomi bagi yang menjalaninya? Tentunya, semua orang akan bersedia dititipi dan dengan ikhlas menjalaninya, meski mendadak. Dan, orang pun berlomba-lomba untuk dititipi.  Inilah yang terjadi di Neetip.

Neetip adalah aplikasi mobile yang mengakomodir orang untuk titip dibelikan barang di suatu tempat. Begitu juga sebaliknya, menjadi orang yang bersedia dititipi. Orang yang minta tolong titip disebut Tipper dan yang bersedia dititipi namanya Helper.

“Ide dari Neetip berawal dari pengalaman pribadi. Saat bepergian seringkali ada teman yang titip dibelikan sesuatu, ada makanan hingga barang. Saya sendiri pun juga pernah titip ke teman yang sedang liburan, baik di dalam dan luar negeri. Tentunya, hal ini sering terjadi di antara orang kita, mengapa tidak dibuat aplikasi yang mengakomodir kedua belah pihak,” kata Antonius Stefanus, Founder Neetip.

Berawal dari pengalaman ini Antonius pun membuat aplikasi Neetip ini di bulan Maret tahun 2016. Di awal pendirian ini, Antonius menagku buta sama sekali mengenai model bisnis yang akan diterapkan hingga pasarnya pun belum ketahuan. Bisa dikatakan belum ada bencmark yang bisa untuk acuan.

Memang, saat itu sudah ada aplikasi yang memfasilitasi urusan titip-menitip ini, namun belum cukup memberi gambaran. Sehingga, Antonius harus membuat semua dari awal, menentukan sistem kerja yang tepat, hingga menyangkut soal keamanan. Di sisi lain, ia ingin memberikan diferensiasi dan keunggulan pada Neetip.

“Neetip mulai beroperasi penuh secara sistem dan bisnis menjelang akhir tahun 2016 dan mengunakan model base on location, sedangkan yang lain base on route. Keunggulan berbasis lokasi kita bisa nitip apa saja, dari mana saja secara real time,” tambah Antonius.

Lebih lanjut ia melanjutkan, setiap orang yang sudah mendaftar di aplikasi Neetip bisa menjadi helper dan tipper. Sebagai contoh, seorang pemilik akun Neetip ingin nitip beli Bika Ambon di Medan. Maka ia pun mengarahkan lokasi di salah satu wilayah yang ada penjual kue itu.  Nah, di Medan ada pemilik akun Neetip yang akan ke Jakarta dan memutuskan untuk menjadi helper. Saat ia membuka aplikasi Neetip akan masuk notifikasi dari tipper yang ingin titip Bika Ambon di lokasi di dekatnya.

Nah, selanjutnya terserah si helper, apakah mau mengambil tawaran itu atau tidak. Jika merasa jaraknya terjangkau, ya, diambil saja. Tapi, helper juga bisa melihat titipan lain di wilayah Medan lainnya dengan menggeser posisi di map, ” tambah Antonius.

Keunggulan dari Neetip adalah adanya ruang negosiasi dan pilihan bagi tipper untuk mengambil tawaran dari helper yang paling menarik. Sebab, di aplikasi Neetip ini setiap transaksi nitip, tipper bisa mendapat tawaran dari maksimal lima helper. Setiap helper bisa mengajukan sejumlah nilai uang tip untuk transaksi tersebut. Setiap chat antara tipper dan masing-masing helper sifatnya tertutup, sehingga tidak terjadi perang tip.

Untuk monetisasi, Neetip mengenakan fee untuk tiap transaksi yang terjadi. Besaran fee untuk tiap transaksi saat ini nilainya sama atau flat, Rp 10 ribu dari yang nitip barang atau tipper. Kemungkinan fee ini akan meningkat di tahun 2017 ini. Neetip tidak mengenakan charge apa pun untuk tip yang diterima helper. Jadi, komponen biaya yang harus dikeluarkan tipper, terdiri dari harga barang, tip, dan fee ke Neetip.

Setelah sepakat, tipper pun mentransfer sejumlah uang yang terdiri dari tiga komponen di atas ke rekening bersama Neetip. Keamanan uang yang telah disetor tipper pun terjamin karena sebelum terjadi serah terima barang, uang belum bisa cair ke helper.

Potensi

Antonius optimistis bahwa kebiasaan titip-menitip ini akan terus ada di masyarakat Timur, termasuk Indonesia. Apalagi, tren traveling sekarang ini terus meningkat di masyarakat Indonesia. Dan, banyak produk yang belum tentu ada di sini atau barang berkadaluwarsa yang bisa menjadi objek titip-menitip.

Ada tiga kategori produk yang masuk di Neetip, yakni food & personal care, exclusive items, dan collectible items. Termasuk juga barang-barang hand-carry yang baru kena pajak setelah nilai total di atas US$ 750.

Untuk hitungan nilai pasar, Antonius mengaku mengambil dari nilai produk pre order atau produk yang tidak bisa disediakan langsung oleh e-commerce.  Menurut Antonius, nilai pre order di e-commerce Indonesia sekitar US$ 2,2 million. “Bisa mengambil sekitar 10-20% pangsa pasar dari nilai pre order sudah bagus,” katanya.

Neetip menyasar orang-orang yang suka bepergian dengan rentang usia antara 25-40 tahun. Secara kelompok ekonomi berasal dari kelas menengah atas atau SES A-B. Kelompok travelernya terbagi menjadi tiga, yakni frequenly flyer, budget traveler, dan seasonal traveler. “Fokus kami ada di frequenly traveler yang biasanya adalah pebisnis atau profesional. Mereka ini tentu punya uang untuk beli barang titipan. Kelompok frequenly flyer ini sekitar 50% dari total user,” tambah Antonius.

Meski melakukan kapitalisasi suatu kebiasaan, namun Neetip mampu membarikan dampak sosial ke masyarakat, khususnya para pengguna. Sebab, secara langsung Neetip membuat orang bertemu secara offline saat menyerahkan barang.

Dengan kata lain, orang pun bisa menjadi atau punya kenalan baru lantaran Neetip. Setelah kenal bertemu secara offline, diharapkan terjadi relasi atau bahkan muncul ide kerjasama, entah itu bisnis atau sosial.   Antonius juga menambahkan bahwa dengan Neetip, bisa menghemat penggunaan plastik dan kertas yang berlebihan untuk pengepakan, seperti halnya di e-commerce. “Kalau nitip, kan, tidak perlu dipak dengan plastik dan kertas belapis-lapis,” pungkasnya.

    Related