Mampukah Smart City Berkembang di Bali?

marketeers article

Nama Bali sebagai destinasi pariwisata Indonesia dan juga dunia tidak diragukan lagi kemahsyurannya. Akan tetapi, provinsi yang dikunjungi oleh 3,5 juta wisatawan mancanegara setiap tahunnya ini tengah menghadapi tantangan dalam mewujudkan konsep smart city.

Tak bisa dipungkiri, peran smart city yang berbasis teknologi digital sangat membantu membuat tata kelola suatu pemerintahan berjalan efektif dan efisien. Tujuannya adalah agar kota tersebut dapat berkembang secara berkesinambungan, sehingga masyarakat dapat hidup lebih nyaman, aman, dan tentram.

Ada potensi besar Bagi Bali untuk menjadi kota cerdas di kedelapan kabupaten dan satu kotamadyanya. Salah satu potensi yang bisa dioptimalkan di Bali melalui smart city adalah perekonomian lokal. Lewat teknologi, Bali dapat mempromosikan produk-produk UMKM ke lebih banyak negara.

Apalagi, Bali sudah diuntungkan dengan potensi pariwisatanya yang telah menyedot banyak mata warga dunia. Sehingga, brand awareness Bali sudah terbentuk sangat kuat di benak dunia internasional.

Melihat celah yang potensial itu, operator seluler dan internet PT Telkomsel Tbk melalui ajang The NextDev 2016 menggelar roadshow pencarian aplikasi smart city di Kota Denpasar, tepatnya di Kampus Udayana, Kamis, (21/7/2016).

Acara yang dihadiri oleh 260 lebih peserta mahasiswa/i sekitar Denpasar ini begitu antusias untuk mengikuti seluruh rangkaian acara. Bahkan, di antara mereka banyak yang telah membuat aplikasi untuk menjadikan Bali yang lebih baik melalui teknologi.

Dukungan acara tersebut mengalir dari pihak Universitas Udayana yang menginginkan agar Bali memiliki wakil startup teknologi yang kompeten, dan solusinya menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia, khususnya yang memiliki masalah perkotaan yang sama dengan Bali.

“Kita harus responsif dan adaptif terhadap teknologi. Kita tidak bisa melawan arus perkembangan teknologi itu,” ungkap Sutrisna Dewi, Ketua Inkubator Bisnis Universitas Udayana dalam sambutannya di acara The NextDev 2016.

Dalam acara tersebut, hadir pula Prof. Dr. Ketut Budi Susrusa, Wakil Rektor 2 Universitas Udayana bidang Keuangan.

Menimpali sambutan para petinggi universitas, GM External Corparate Communication Telkomsel Denny Abidin mengatakan bahwa sudah saatnya generasi muda Bali responsif dan adaptif terhadap teknologi. Sebab, bagaimana pun juga, tak ada orang yang bisa melawan arus perkembangan teknologi itu.

“Maka itu, trik untuk mengikuti The NextDev adalah bagaimana menciptakan sebuah aplikasi yang memberikan solusi,” ujar Denny alias Kang Abe di depan para generasi muda yang hadir.

Artinya, lanjut Abe, aplikasi smart city yang diharapkan di Bali adalah yang benar-benar solutif atas permasalahan riil yang ada di Pulau Dewata itu. “Bukan, semata karena tren,” tegasnya.

Jangan Takut Gagal

Dalam sesi Startup Talk yang dibawakan oleh VP Go-Jek Indonesia Alamanda Shantika menyatakan, satu hal terpenting dan perlu diingat dalam membuat aplikasi adalah jangan terpaku pada tampilan atau desainnya saja (user Interface). “Namun, kita harus memperhatikan user experience-nya.”

Seorang peserta pun menanyakan apakah Go-Jek pernah mengalami kegagalan dalam menggarap aplikasinya? Alamanda menjawab bahwa pihaknya banyak sekali melakukan kegagalan. Kendati demikian, terus berinovasi dan memperbaiki kesalahan adalah bagian terpenting dalam membangun sebuah startup, apapun jenisnya.

“Karena Founder Go-Jek tidak pernah menyuruhnya untuk ‘Jangan membuat kesalahan’,” tuturnya. 

Ia juga menekankan bahwa membuat aplikasi tidak bisa dilakukan sendiri. Aplikasi harus berkolaborasi dengan orang lain yang memiliki kemampuan lain agar aplikasi yang dihasilkan jauh lebih sempurna.

Bali menjadi kota keempat yang dikunjungi The NextDev 2016 dari 20 kota Indonesia dalam upaya mensosialisasikan peran smart city sekaligus menjaring ide-ide kreatif aplikasi kota cerdas dari para generasi muda Nusantara.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related