Pasar Berubah, Coffee Bean Perbarui Konsep Gerai

marketeers article

The Coffee Bean & Tea Leaf menawarkan konsep kedai terbarunya, yaitu Malibu Canyon yang menampilan interior bergaya khas California Selatan. Konsep terbaru ini akan diterapkan di gerai-gerai premium The Coffee Bean di seluruh Indonesia. Salah satunya ada di Plaza Indonesia sebagai gerai pertama yang mengadopsi konsep tersebut.

Perbedaan utama terletak pada desain yang lebih hangat dengan dominasi material kayu berwarna cokelat muda. Tembok pun dihiasi dengan aneka lukisan berwarna-warni yang membuat interior lebih hidup dan ceria.

“Kami juga menampilkan pencahayaan yang lebih terang. Biasanya, kedai Coffee Bean agak temaram,” ujar Edho Alhabasya, Marketing Manager The Coffee Bean & Tea di Plaza Indonesia.

Re-concept gerai di Plaza Indonesia ini berbarengan dengan peluncuran lokasi baru yang sebelumnya terletak persis di sebelah kedai saat ini. Edho mengatakan, adanya larangan merokok di dalam mal membuat pihaknya mencari lokasi baru yang memiliki area outdoor.

“Bagi sebagian orang, kopi dan rokok menjadi dua hal yang tak terpisahkan. Konsep baru ini juga memfasilitasi permintaan pelanggan perokok kami,” tutur Edho.

Tahun ini, akan ada dua hingga gerai yang bakal direnovasi mengikuti standar baru tersebut. Semua gerai itu berlokasi di mal-mal premium ibukota. Sayangnya, Edho tak mau mengungkapkan lokasi gerai yang akan direjuvenasi itu.

“Yang jelas, kami akan renovasi gerai-gerai yang besar. Sebab, kami butuh dapur untuk memasak,” paparnya.

Re-concept ini juga dinilai sebagai akselerasi dari perubahan customer yang kini didominassi oleh kalangan muda. Kebiasaan anak muda meng-update dan posting foto atau video di media sosial membuat Coffee Bean harus menciptakan interior yang Instagramable.

Tidak hanya dari segi interior, Coffee Bean juga menawarkan menu-menu makanan yang spesial hadir di lokasi itu. Menurut Edho, Coffee Bean tidak sebatas kedai kopi. Ia juga menawarkan menu makanan dari pembuka, utama, hingga penutup.

“Kami ingin customer datang bisa merasakan semuanya. Ia bisa ngopi. Bisa sarapan, bisa makan atau sekadar mencicipi dessertCustomer pun tak usah pindah-pindah,” ujarnya.

Selain itu, pembaharuan juga dilakukan Coffee Bean pada metode pembayaran. Bekerja sama dengan Dimo Pay, Coffee Bean menawarkan metode transasksi lewat Pay by QR di mana pelanggan dapat membayar transaksi menggunakan QR Code yang ada di e-wallet atau e-money yang telah bermitra dengan Dimo Pay, seperti Dompetku, T-Money, atau Mandiri e-Money.

Saat ini, Coffee Bean memiliki 110 gerai di Indonesia. Memang, secara jumlah, ritel yang berada di bawah naungan CT Group ini masih kalah jauh dengan rivalnya seperti Starbucks dan J.CO. Menanggapi hal itu, Edho bilang bahwa Coffee Bean menjaga positioning-nya sebagai merek premium di pasar, bukan massive brand.

“Setiap tahun, kami buka tujuh hingga sepuluh gerai. Memang terbilang sedikit dibanding kompetitor. Tapi, sedikit itu yang membuatnya eksklusif,” jawab dia.

Karena tampil sebagai premium, Edo mengklaim kualitas kopi yang digunakan pun premium. Selama ini, Coffee Bean menggunakan kopi single origin dari berbagai daerah yaitu Sumatera, Papua New Guinea, Guatemala, dan Costa Rica. Semua biji kopi itu diracik membentuk satu house blend khas Coffee Bean.

“Orang bilang Coffee Bean lebih mahal dari kompetitor. Memang iya. Tapi, jika diperhatikan perbedaannya cukup sedikit, hanya beberapa ribu rupiah saja,” akunya.

Tren Berubah

Di sisi lain, Mira Yudha, pakar kopi Q Grader mengatakan, pertumbuhan kopi di perkotaan mengalami peningkatan signifikan. Meskipun, konsumsi kopi perkapita masih kecil.

“Trennya adalah orang mulai beralih dari minum kopi saset ke kedai-kedai kopi. Ini sinyal yang bagus,” tuturnya.

Ia bilang, pertumbuhan orang yang shifting dari kopi konvensional menuju kopi modern sekitar 30%. Ini membutikan bahwa bisnis kedai kopi cukup potensial.

Hanya saja, yang menjadi konsentrasinya adalah, banyak kedai kopi yang tak mampu mengedukasi marketnya. Kata Mira, peminum espreso pemula cukup banyak, namun mereka dihadapkan pada banyak pilihan kopi.

“Kedai kopi yang bermunculan kerap membanggakan banyaknya jenis kopi yang mereka miliki. Tanpa disadiri, hal itu membuat konsumen bingung, apalagi konsumen pemula,” terang Mira.

Orang Indonesia pertama yang terdaftar sebagai Sensory Judges World Barista Championship (WBC) 2013-2014 ini mengamati bahwa tren kedai kopi kini berubah menjadi menawarkan sesuatu yang lebih sederhana. Mereka hanya menaruh menu-menu kopi yang lazim didengar dan disukai konsumen.

Karena itu, lanjut Mira, kedai kopi perlu barista-barista yang tidak hanya andal membuat kopi, namun juga menguasai product knowledge dari setiap kopi. Barista harus mampu membantu konsumen untuk memilih kopi yang sesuai dengan keinginannya.

“Barista harus mampu mengarahkan apa yang diinginkan konsumen sebenarnya. Untuk peminum pemula, kadang yang mereka inginkan sulit diungkapkan lewat kata-kata. Jadi, barista harus proaktif bertanya kepada konsumen,” papar Mira.

Editor: Sigit Kurniawan

Related