Masalah Kebotakan Jadi Entry Point ZAP for Men

marketeers article
31066869 man having laser treatment at beauty clinic

ZAP siap memperluas portofolio mereka dengan meluncurkan ZAP for Men. Jika sebelumnya hanya kaum Hawa yang bisa merasakan perawatan canggih dengan berbagai teknologi laser yang dimiliki ZAP, sebentar lagi kaum Adam pun bisa menikmati layanan ini. Namun, bukan body rejuvenation maupun hair removal yang menjadi layanan utama yang ditawarkan. Persoalan kebotakan (Alopecia) yang banyak dialami kaum pria menjadi entry point bagi ZAP for Men di pasar Indonesia.

Demand di pasar perawatan dan estetika bagi kaum pria dikatakan CEO ZAP Clinic Fadly Sahab begitu besar. Ia mengaku kerap mendapatkan permintaan untuk membuka layanan yang diberikan ZAP bagi kaum pria.

“Hanya saja persoalannya berbeda. Kami melihat para pria di Indonesia tidak begitu concern dengan persoalan kulit cerah atau kusam. Mereka secara umum bermasalah dengan kebotakan dan acne scar. Untuk itu, kami akan menyediakan layanan-layanan yang dapat mengatasi persoalan ini,” ungkap Fadly kepada Marketeers.

Ketika ditanya mengenai diferensiasi dari solusi yang dibawa ZAP dengan kompetitor mereka soal penanganan kebotakan, Fadly mengaku tak mengetahui pasti apa yang dilakukan kompetitor mereka.

“Kami tidak tahu solusi seperti apa yang mereka bawa, namun kami fokus memanfaatkan kecanggihan laser-laser yang ZAP miliki. Kami juga tak ragu berinvestasi dalam jumlah besar untuk memastikan hasil terbaik,” papar Fadly yang mengaku tak bisa membocorkan besaran investasi yang ia gelontorkan.

Tak hanya itu, ZAP juga siap meluncurkan ZAP Premier bagi kaum pria. “ZAP Premier dilengkapi dengan teknologi yang lebih canggih dan ditangani langsung oleh para dokter spesialis kulit dan kelamin. Hampir seluruh permasalahan bisa diselesaikan di sini,” ujar Fadly.

Dengan merogoh kocek sedikit lebih besar dari klinik ZAP biasa, para klien dapat memperoleh layanan expert  ala ZAP Premier. Ketika ditanya kapan akan meluncurkan ZAP for Men, Fadly mengatakan segera sebelum menutup tahun 2018.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related