Dapat Banyak Dukungan, Akankah Mobil Listrik Sukses?

marketeers article
Mobil Listrik New Nissan Leaf

Satu dari tiga konsumen di Asia Tenggara yang berencana untuk membeli kendaraan menunjukkan sikap terbuka terhadap opsi mobil listrik. Hal ini ditemukan oleh Frost & Sullivan dalam risetnya yang didukung oleh Nissan. Studi tersebut mendemonstrasikan potensi kuat pasar mobil listrik di Asia Tenggara untuk mempercepat elektrifikasi kendaraan.

Bertajuk Future of Electric Vehicles in Southeast Asia studi ini dirilis beberapa waktu lalu di Singapura dalam acara Nissan Futures, sebuah ajang yang mempertemukan pemimpin industri, pejabat pemerintah dan media.

Pada riset yang dilakukan pada Januari 2018, keduanya menemukan fakta di Singapura, Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Filipinabahwa 37% pembeli prospektif siap mempertimbangkan pembelian mobil listrik sebagai kendaraan mereka yang berikutnya. Pelanggan di Filipina, Thailand dan Indonesia menjadi segmen yang menunjukkan ketertarikan tertinggi pada mobil listrik. Masih menurut penelitian di atas, dengan insentif yang tepat wilayah ini dapat mempercepat migrasi ke mobil listrik.

Jumlah kepemilikan mobil listrik di Asia Tenggara memang masih terbilang rendah. Meski demikian, konsumen cukup memahami perbedaan teknologinya, seperti Battery Electric Vehicles (BEVs), plug-in hybrids, dan kendaraan e-POWER dari Nissan. Asosiasi tertinggi untuk kendaraan listrik adalah BEV, yang mencapai 83%.

Singapura, Indonesia dan Vietnam menjadi negara yang paling mendalam pemahamannya tentang BEV. Kehadiran kendaraan full-hybrid yang signifikan di Malaysia dan Thailand turut memengaruhi pandangan mereka terhadap teknologi EV dengan hybrid.

Faktor Pertimbangan Konsumen

Di penjuru Asia Tenggara, 2 dari 3 konsumen menekankan faktor keamanan sebagai motivasi terpenting dalam membeli mobil listrik. Faktor keduanya adalah kemudahan dalam melakukan pengisian ulang. Biaya menjadi faktor yang tidak terlalu signifikan. Bahkan, konsumen bersedia membayar lebih mahal untuk memiliki kendaraan listrik, dibandingkan mobil konvensional yang setara.

Hasil riset juga membuktikan, harga yang lebih murah akan mendorong lebih banyak orang untuk mempertimbangkan kendaraan listrik. Tiga dari empat responden menyatakan siap bermigrasi ke mobil listrik jika pajaknya ditiadakan. Insentif lain yang akan mendorong keputusan konsumen adalah pemasangan fasilitas isi ulang di apartemen (70%), jalur prioritas untuk kendaraan listrik (56%), dan parkir gratis (53%).

Meski potensi permintaan kendaraan listrik signifikan, sejumlah penghalang tetap ada, salah satunya faktor kurangnya informasi. Rasa cemas akan kehabisan daya di tengah jalan menjadi yang utama. Konsumen juga tidak yakin akan standar keamanan mobil listrik.

“Lompatan pesat menuju elektrifikasi mobil membutuhkan kolaborasi yang kuat antara pihak pemerintah dan swasta. Upaya ini juga membutuhkan pendekatan jangka panjang yang telah disesuaikan dengan setiap uniknya kondisi pasar. Konsumen di Asia Tenggara sendiri mengindikasikan pentingnya peran pemerintah mereka dalam promosi mobil listrik,” Yutaka Sanada, Regional Senior Vice President Nissan Motor Co. Ltd.

Meski begitu, Sanada menyampaikan, sebagai produsen, mereka harus mampu menjelaskan lebih baik lagi mengenai keamanan EV milik mereka.

“Kendaraan listrik Nissan telah melewati uji coba yang luar biasa di tengah kondisi ekstrem. Kami bangga untuk menyampaikan bahwa 300.000 pembeli kendaraan Nissan LEAF telah berkendara lebih dari 3,9 miliar kilometer di seluruh dunia sejak 2010, dan tidak pernah ada insiden kritis apa pun menyangkut baterainya,” lanjutnya.

Vivek Vaidya, Senior Vice President of Mobility di Frost & Sullivan menyampaikan, angka penggunaan kendaraan listrik yang ada sekarang tidak seutuhnya mencerminkan permintaan yang ada di baliknya yang nyatanya jauh lebih tinggi.

Berlawanan dengan pandangan yang ada di masyarakat bahwa biaya EV yang tinggi menjadi penghambat, riset menunjukkan bahwa faktor keamanan dan pengisian ulang mendominasi benak konsumen. “Jika industri dan pemerintah dapat menyingkirkan penghalang ini, kita akan meraih potensi yang maksimal,” tutup Vivek.

Related