Melihat Aktivasi Sampoerna Kayoe Paska Rebranding

marketeers article

Sampoerna Kayoe tengah sibuk melakukan aktivasi. Berbagai hal dilakukan demi membangun brand mereka setelah pergantian nama. Salah satu aktivasi yang dilakukan adalah dengan mengikuti berbagai pameran, seperti Expo Indobuildtech 2019 yang diadakan pada tanggal 20-24 Maret 2019 di ICE, BSD-Tangerang. Di sini, Sampoerna Kayoe mengkomunikasikan tagline mereka yang bertajuk Unlimit Possibilities di industri Kayu olahan Tanah Air & mancanegara.

“Tahun 2019 menjadi tahun awal brand activation Sampoerna Kayoe setelah sukses melakukan rebranding yang sebelumnya dikenal dengan nama Samko Timber,” ujar Riko Setyabudhy Handoko selaku CEO Sampoerna Kayoe saat ditemui di Booth Expo Indobuildtech 2019 yang digelar di ICE BSD, Kamis (21/3/2019).

Sampoerna Kayoe kini juga ingin mengkomunikasikan bahwa mereka semakin siap memajukan perindustrian kayu di Indonesia guna memberikan sumbangsih positif bagi devisa negara.

“Tahun ini kami mulai menonjolkan kemampuan kami soal produk. Dulunya industri kayu lapis sangat dilihat tradisional. Padahal ini industri yang sudah sangat lama ada dan pernah menjadi penyumbang besar until devisa negara,” tambah Riko.

Sampoerna Kayoe sebagai produsen kayu lapis dengan pangsa pasar 35% di Indonesia memiliki berbagai jenis produk seperti Plywood, LVL, Deck & Pintu kayu dengan kualitas international. Keberlangsungan bahan baku pun diperhatikan

Rudiyanto Tan, Direktur Komersial Sampoerna Kayoe menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan pembagian bibit pohon sengon & karet secara gratis kepada Masyarakat untuk ditanam kembali pada Hutan Tanam Rakyat. “Hingga akhir tahun 2018 kami telah membagikan lebih dari 67 juta bibit kepada masyarakat,” ujar Rudiyanto Tan.

Dengan memerhatikan bahan baku yang berkelanjutan ini pula, Sampoerna Kayoe telah diakui menjadi perusahaan Kayu di Indonesia yang mendapatkan Sertifikasi FSC secara international sebagai pelaku industri kayu yang memerhatikan lingkungan secara berkelanjutan.

“Kami pun perlu memperkenalkan industri ini ke masyarakat. Kami pun banyak melakukan aktivitas below the line (BTL). Mulai dari pameran, customer gathering dengan distributor, para arsitek, drsainer, dan developer,” jelas Christine Suhartini, Head of Marketing Sampoerna Kayoe.

Menurutnya, para pemain industri kayu saat ini belum banyak yang memerhatikan soal branding. “Banyak pemain di industri ini yang masih fokus terhadap persoalan komiditas dan lainnya saja. Soal branding, bisa dibilang baru Sampoerna Kayoe yang gencar melakukannya,” tutup Christine.

Editor: Sigit Kurniawan

Related