Membedah WOW Factor Cheesecake Pablo yang Fenomenal

marketeers article
Pablo

Jepang memang memiliki daya tarik bagi masyarakat dunia. Begitu pun dengan khasanah kulinernya yang beragam, membuat makanan berbau Jepang pasti berkembang pesat. Termasuk cheesecake yang kini tengah dipopulerkan oleh jaringan ritel Pablo.

Jika dibandingkan dengan ritel food & beverage asal Negeri Sakura yang lain, Pablo bisa dibilang cukup ‘telat’ menginvasi pasar Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, ritel makanan-minuman asal Jepang mulai membanjiri pasar domestik.

Mulai dari jaringan makanan cepat saji Yoshinoya, disusul dengan kedai kopi St. Marc Cafe, restoran all you can eat Mo-Mo Paradise, sushi Ootoya, ramen Marutama, hingga kedai Marugame Udon yang diboyong Sriboga Food Group.

Selama ini, perkembangan restoran Jepang di Tanah Air didominasi oleh makanan utama, seperti ramen, sushi, udon, soba, shabu-shabu, donburi, okonomiyaki, tonkatsu, bento, dan sebagainya. Namun, untuk kudapan atau dessert, jumlahnya cukup terbatas.

Hal itulah yang mendasari ekspansi Pablo ke pasar Indonesia. Terkenal sebagai toko cheese tart tersohor di Jepang, Pablo membuka gerai keduanya di Jakarta, tepatnya di Neo Soho Mall Lantai LG, Jakarta Barat. Adapun kedai pertamanya berlokasi di pusat perbelanjaan Gandaria City.

Hak franchise Pablo di Indonesia dipegang oleh PT Multifortuna Bina Usaha yang didirikan oleh Lisa Atmadiredja, anak dari pengusaha saniter TOTO, Mardjoeki Atmadiredja. Sebelumnya, Lisa menjadi master franchisor untuk merek Nescafé Gusto dan toko alas kaki asal Inggris, FitFlop.

Ada yang berbeda dari gerai kedua Pablo dibandingkan gerai perdananya. Jika gerai di Gandaria City berkonsep grab & go, Pablo Neo Soho menghadirkan konsep coffee shop, sehingga konsumen dapat menikmati lelehan cheese custard yang manis sembari ditemani secangkir kopi arabica beraroma kuat.

Kelvin Budiman, Direktur Pablo Indonesia mengatakan, bahan baku dan kualitas cheese tart Pablo di Indonesia sama dengan toko originalnya di Jepang. Sehingga, pihaknya ingin menawarkan added-value lain kepada konsumen di gerai terbarunya itu.

“Pelayanan pelanggan menjadi nilai plus bagi kami. Gerai ini menghadirkan experience ala Jepang,” ucap Kelvin saat pembukaan gerai keduanya itu.

Pembukaan gerai kedua Pablo di Indonesia, berlokasi di Neo Soho Mall, Jakarta

Dia mengakui bahwa, masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta, telah menjadikan kedai kopi sebagai tempat mereka menghabiskan waktu. Apalagi, menurut Kelvin, kopi yang dihadirkan cukup strong, sehingga dapat mengimbangi cita rasa manis dari kue tart berisi keju Australia itu.

Hanya saja, Pablo tidak menggunakan biji kopi yang sama di Jepang untuk menu kopinya di Indonesia. Melainkan, ia memanfaatkan biji kopi asli nusantara. “Banyak biji kopi lokal berkualitas baik. Kami memilih biji kopi berkualitas standar internasional,” aku Kelvin.

Sementara itu, Pendiri & CEO Pablo Masamitsu Sakimoto, menjelaskan, gerai pertama Pablo dibuka di Osaka sejak lima tahun lalu. Saat itu, ia ingin menawarkan kue tart keju dengan harga terjangkau di Jepang. “Cheese cake biasanya dijual dengan harga di atas 1.000 yen,” ucapnya.

Sakimoto mengaku menghabiskan setengah tahun dalam pengembangan produk demi menemukan resep cheesecake yang sempurna. Ia bilang, di Jepang, ada istilah yang sering digunakan ketika membicarakan tentang makanan penutup, yaitu odorokashi alias “dessert dengan unsur kejutan”.

Menurut dia, memiliki produk yang lezat tidak lah cukup, tetapi produk harus memiliki wow factor, baik dalam tekstur dan penampilannya. Baginya, ini bukan soal cheesecake, melainkan bagaimana ia dapat merevolusi industri makanan manis secara keseluruhan.

Tak heran, ia menggunakan nama Pablo sebagai nama brand yang merujuk pada sosok pelukis terkenal Pablo Picasso. Karya-karya Picasso diakui merevolusi seni di dunia.

Sejalan dengan konsep odorokashi itu, Sakimoto berpikir bukankah lebih menarik untuk membuat cheesecake yang dapat disajikan dengan tekstur berbeda-beda, layaknya sepotong steak? Dari situlah muncul ide untuk memanggang kue tart sesaat setelah konsumen memesan.

Di negeri asalnya Jepang, konsumen dapat memilih tiga jenis kematangan cheesecake yang mana setiap pilihan mempengaruhi tekstur custard dan adonan kue. Sayangnya, untuk gerai-gerai di luar Jepang, Pablo hanya menawarkan satu jenis kematangan, yaitu medium rare. “Namun, kami yakin bahwa medium rare yang paling cocok untuk lidah Indonesia,” pungkasnya.

Marketeers pun penasaran seperti apa proses pembuatan cheesecake Pablo yang begitu lezat di lidah itu. Saat melihat prosesnya dari balik gerai berkonsep open-kitchen itu, lapisan kulit tart awalnya dipanggang hingga renyah.

Setelah itu, krim keju yang dibuat dari olahan keju Australia itu dituang ke dalam kulit tart tersebut. Kemudian, tart ditaruh di oven untuk dipanggang beberapa menit, dicap dengan logo Pablo, dan berikutnya diolesi krim aprikot.

“Kami sarankan, setelah diterima konsumen, maksimal dikonsumsi dalam waktu enam jam atau segera ditaruh di lemari pendingin untuk menjaga kualitasnya,” kata Kelvin menjelaskan.

Selain Indonesia, Pablo telah melebarkan sayap bisnisnya di negara Asia Tenggara, antara lain Filipina, Thailand, dan Malaysia. Kelvin berkomitmen untuk membuka gerai ini di berbagai kota lain di Indonesia dalam waktu dekat.

Di Jepang sendiri, Pablo telah memiliki 65 gerai, baik dalam bentuk kafe maupun gerai grab to go yang berlokasi di pinggir jalan ataupun stasiun kereta bawah tanah.

Viral Pablo

Sejak hadir pertama kali pada November 2016, cheesecake Pablo berhasil membuat heboh para netizen di jagad media sosial. Ini terjadi berkat banyak posting-an para Key Opinion Leader (KOL) serta ulasan para blogger yang membuat netizen penasaran.

Nama-nama blogger pecinta makanan seperti AnakJajan, eatsandtreats, eatinguntildie, foodirectory, hungryfever, dan lainnya, telah mengulas Pablo yang berhasil menyedot perhatian publik.

Photo Credit: AnakJajan.com

Tantu saja, pemberitaan Pablo di Jepang sudah cukup santer di kalangan pecinta kuliner Tanah Air, apalagi bagi mereka yang sudah menginjakkan kakinya di Jepun. Sebab, antrian pelanggan meliuk-liuk panjang, membuat para turis yang singgah di Jepang penasaran dengan rasa tart keju tersebut.

Kondisi yang sama juga terjadi saat Pablo hadir di Gandaria City. Antrian pernah mencapai hingga 30 meter. Konsumen bahkan harus mengambil nomor antrean terlebih dahulu. Setelah itu, mereka harus mengantre lagi untuk mengambil pesanannya.

Berdasarkan hitungan para konsumen, mereka mesti menghabiskan waktu 30 hingga 45 menit dari awal datang hingga bisa menenteng tart itu di tangan. WOW bukan?

Saking jumlah konsumen membeludak, Pablo sempat memberlakukan aturan yakni satu pelanggan hanya boleh membeli satu tart ukuran besar. Toko ini mengaku mampu menjual 800 hingga 1.000 tart loyang besar dalam sehari.

Berapa biaya yang mesti dirogoh konsumen untuk menikmati cheesecake itu? Untuk loyang ukuran besar rasa original dibanderol Rp 169.000, dan Rp 189.000 untuk rasa matcha dan cokelat. Sementara itu, untuk mini cheesecake dijual seharga Rp 35.000 per buahnya.

Layaknya bisnis kuliner pada umumnya, sesuatu yang hype biasanya hanya bertahan sementara. Seperti fenomena dessert asal Taiwan, Hongtang, yang kini gaungnya tak lagi terdengar. Menanggapi pasang-surut bisnis kuliner, Kelvin mengatakan bahwa inovasi membuat bisnis dapat berjalan berkesinambungan.

“Ada rencana kami menawarkan cheesecake dengan cita rasa khas Indonesia. Tunggu saja tanggal mainnya,” terang Kelvin.

Related