Membongkar Janji-Janji Internet

marketeers article

Judul         : The Net Delusion, How Not to Liberate The World

Pengarang  : Evgeny Morozov

Penerbit     : Penguin Books, 2011

Internet dipuja-puji sebagai media yang mengubah banyak hal dalam kehidupan kontemporer. Internet mengembuskan angin perubahan di berbagai lini.  Dunia sosial, politik, maupun ekonomi makin horizontal dengan platform komunikasi berbasis internet ini. Internet juga digadang-gadang sebagai pembawa kebebasan baru, transparansi, dan aneka peluang.

Di tengah puja-puji internet ini, Evgeny Morozov menawarkan perspektif  kritis terhadap internet. Ia mengkritisi janji kebebasan internet yang dibawa melalu yang ia sebut dengan Google Doctrine. Di sisi lain, bagi Morozov, internet mengusung kebebasan. Namun, di sisi lain, internet mengusung model pengawasan (surveillance) baru.

Paling tidak gagasan Morozov ini terbukti dengan kasus teranyar tentang pengambilan data pengguna internet oleh  Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat dari perusahaan-perusahaan digital, seperti Google, Facebook, Apple, dan sebagainya.  Secara simpel, semakin orang bebas beropini di internet, semakin banyak data yang masuk ke sistem intelijen. Sementara, kasus Wikileaks menjadi contoh di posisi sebaliknya di mana dokumen rahasia pemerintah bisa bocor ke publik.  

Amerika Serikat adalah negara yang paling getol menyerukan demokrasi baru yang dibawa internet. Mantan Menlu AS Hillary Clinton pernah mengatakan kebebasan internet sangat penting bagi pembangunan demokrasi dewasa ini. Pernyataan Hillary ada benarnya. Fenomena peran  media sosial dalam menumbangkan rezim-rezim tangan besi di kawasan Timur Tengah beberapa tahun silam jadi contoh.

Tapi, Morozov melihat sisi sebaliknya di mana internet bisa digunakan untuk mencekik demokrasi dalam aneka bentuk sistem kontrol, filter,  blokir, dan pengawasan baru. Belum lagi, kalau dikontekskan di Indonesia, orang menulis di Twitter atau menulis status di BlackBerry Mesenger (BBM) saja bisa ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara atas dalih pencemaran nama baik seperti diatur dalam UU ITE No. 11 Tahun 2008. Morozov menegaskan semakin banyak orang terkoneksi dengan internet tidak serta merta demokrasi terbangun dengan sendirinya.

Buku Morozov dengan judul dan konten provokatif ini layak dibaca bagi siapa saja—khususnya bagi para penggiat internet. Paling tidak, gagasan Morozov ini bisa membantu kita untuk bersikap kritis terhadap Internet yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita.

“Does free information mean free people?” demikian Morozov bertanya!

Related