Menakar Brand Advocacy Ratio dan Positioning BAF di Era Digital

marketeers article

Pergeseran perilaku konsumen di industri pembiayaan menjadi perhatian para pemainnya, termasuk Bussan Auto Finance (BAF). Untuk menggaet generasi millenial, BAF meluncurkan rangkaian strategi yang lebih dekat untuk memikat pelanggan dari generasi ini. Kehadiran teknologi pun berperan penting dalam hal ini, termasuk untuk mendongkrak nilai merek mereka.

Seperti yang terlihat pada riset Indonesia WOW Brand 300 terhadap Brand Advocacy Ratio (BAR) BAF. Kenaikan skor BAR dialami oleh BAF Indonesia. Bila tahun 2018, skor BAR perusahaan pembiayaan ini di angka 0,36; pada tahun 2019 naik menjadi 0,55. Kenaikan ini salah satunya juga ditunjang oleh upaya BAF Indonesia masuk ke dunia digital.

“Sejak tahun lalu, BAF mengembangkan digital marketing platform yang menitikberatkan pada awareness, engagement dan customer retention. Kegiatan awareness dilakukan melalui situs BAF dan berbagai media sosial yang diperbarui secara berkala dengan produk dan layanan terbaru BAF. Digital platform kami pun kiat kuat dengan kehadiran BAF Mobile,” kata Lynn Ramli, CEO BAF Indonesia.

Melalui inovasi ini, BAF ingin memudahkan komunikasi dua arah dengan konsumennya melalui beragam fitur. Mulai dari informasi mengenai fasilitas pembiayaan, mitra BAF, poin pembayaran dan kantor cabang, produk dan layanan termasuk promo-promo terbaru, pengajuan aplikasi secara online, notifikasi tanggal jatuh tempo angsuran, hingga simulasi kredit.

Dengan beragam inovasi itu, BAF tengah menyiapkan pendekatan baru ke pasar business to consumer (B2C). Jika selama ini mereka masuk lewat diler sehingga merekomendasikan BAF ke konsumen motor, kini BAF ingin menyentuh langsung konsumen tersebut. BAF menilai pasar B2C memiliki potensi bisnis yang sangat besar, khususnya di sektor peralatan rumah tangga, mobil baru, dan dana syariah.

Sampai hari ini, 90% bisnis BAF berasal dari pembiayaan kendaraan roda dua merek Yamaha. Di balik itu, 20% saham BAF Indonesia memang dimiliki oleh Yamaha. Sisanya, bisnis BAF ada di sektor pembiayaan elektronik, perlengkapan rumah tangga, alat pertanian, dana syariah, dan yang terbaru adalah pembiayaan mobil baru.

“Lima tahun ke depan, kami ingin mengubah proporsi ini. Harapannya, bisnis kami akan bergeser 60% Yamaha, 40% bisnis lainnya. Bagi kami, yang terpenting adalah mendiversifikasi portofolio kami. Karena 90% bisnis di motor ini sangat berisiko,” tutup Lynn.

Bila melihat cerita di atas, penerapan teknologi sudah tidak bisa dielakkan lagi. Lewat teknologi, semakin banyak konsumen yang dijangkau dan tambah banyak konsumen yang memberi advokasi.

Related